Friday 2 December 2016

PSIKOLOGI PENDIDIKAN "MOTIVASI BELAJAR:

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
MOTIVASI BELAJAR
Mata Kuliah              : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu      : Dra. Istyarini, M.Pd.

Disusun Oleh:
                                    1. Dede Purnomo                  2201413097
                                    2.  Fajar Adhi Nugroho        2201413003
                                    3. M. Naufal Izzuda              2201413142
                                    4. Iva Hanifa                         2201413062

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2015



MOTIVASI BELAJAR
A.                Pengertian motivasi
            Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak didalam belajar . segbagian besar pakar psikologi menyatakan bahwa motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Suatu motivasi juga tidak dapat diukur secara langsung seperti halnya mengukur panjang atau lebar suatu ruangan .
            Kebanyakan pakar psikologi menggunakan kata motivasi dengan mengaitkan belajar untuk menggambarkan proses yang dapat ;(a) memunculkan dan mendorong perilaku (b) memberikan arah atau tujuan perilaku (c) memberikan peluang terhadap perilaku yang sama dan (d) mengarahkan pada pilihan tertentu . Sebagian pendidik ada yang mendasarkan kepada apa yang secara tradisional digunakan untuk meningkatan motvasi belajar pesert didik seperi : intuisi, akal sehat dan coba-coba (trial and error) .
            Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus (Slavin, 1994: ) Motivasi tidak hanya penting untuk membuat peserta didik melakukan aktivitas belajar , melainkan juga menentukan berapa banyak peserta didik dapat belajr dari aktivitas yang ,mereka lakukan atauinformasi yang mereka hadapi. Peserta didik yang termotivasi menunjukan kognitif proses kognitif yang tinggi dalam belajar, menyerap, dan mengingat apa yang telah dipelajari.
            Motivasi untuk melakukan sesuatu berasal dari berbagai faktor seperti karakteristik kepribadian . Individu mungkin memiliki minat yang cukup dan mantap dalam berpartisipasi pad berbagai kegiatanm seperti akademik, olahraga, dan aktivitas sosial .

B.                 Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Motivasi adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep tersebut.  
Penelitian tentang hubungan antara motivasi peserta didik dengan belajar telah banyak dilakukan . Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar. Secara historik pendidik selalu mengetahui kapan peserta didik perlu dimotivasi selama proses belajar, sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus komunikasi lebih lancar , menurunkan kecemasan peserta didik , meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar . Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang termotivasi  akan benar-benar menyenangkan , terutama bagi pendidik.
Peserta didik yang menyelesaikan pengalaman belajar  dan meyelesaikan tugas belajar dengan perasaan termotivasi terhadap materi yang dipelajari mereka akan lebih mungkin menggunakan materi  yang telah dipelajari .
Walaupun motivasi merupakan prasyarat penting dalam belajar, namun agar aktivitas belajar itu terjasi pada diri anak, ada faktor lain seperti kemampuan dan kualitas pembelajaran yang harus diperhatikan pula. Hal perlu dipertimbangkan adalah berkenaan dengan masalah kemampuan anak didalam melakukan aktivitas belajar , dan kegiatan pembelajaran yang menarik agar anak tersebut termotivasi.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
            setidak-tidaknya terdapat enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori psokologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar peserta didik. Keenam faktor yang dimaksud yaitu (a) sikap, (b) kebutuhan, (c) rangsangan, (d) afeksi, (e) kompetensi dan (f) penguatan. Berikut disajikan seccara ringkas untuk memperhatikan bagaimana masing-masing faktor motivasi memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik dan juga bagaimana faktor-faktor tersebut dapat dikombinasikan ketika pendidik merancang strategi motivasi dalam pembelajaran.
1.                  Sikap
Sikap merupakan kombinasi diri dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Misalnya peserta didik baru yang akan memgikuti pelajaran tertentu. Seorang temanya yang telah mengikuti pelajaran tersebut menceritakan pengalamanya bahwa pendidiknya bersikap autoritatif dan sombong. Peserta didik tersebut kemudian merasa cemas pada waktu mengantisipasi pelajaran yang akan diikuti. Pada pertemuan pembelajaran pertama, pendidik, dengan cara tertentu, mendiskusikan kegiatan pembelajaran dan persyaratan yang harus dimiliki pesrta didik. Peserta didik tersebut menilai  gaya mengajar pendidik tersebut kurang baik. Sekarang dia mencemaskan cara pendidik dalam mengajar sehingga pelajaran yang akan diikuti. Pesrta didik tersebut telah mengkombinasikan informasi dan emosi kedalam suatu predisposisi untuk merespon peserta didik dan peristiwa yang tidak menyenangkan. Apabila temanya tersebut menceritakan bahwa pendidik mata pelajaran tersebut sangat membantu dan memperdulikan semua peserta didik, mungkin sikap peserta didik tersebut akan berbeda.
Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik karena sikap itu membantu peserta didik dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap juga akanmembantu seseorang merasa aman disuatu lingkungan yang pada mulanya tampak asing. Sikap akan memberikan pedoman dan peluang kepada seseoarang untuk mereaksi secara lebih otomatis.sikap akan membuat kehidupan lebih sederhana dan membebaska seseorang dalam mengatasi unsur-unsur kehidupan sehari-hari yang bersifat unik. Di dalam psikologi hal ini disebut prinsip “least effort”; artinya , apabila mungkin, peserta didik akan menerapkan reaksi masa lalu untuk menghadapi masalah baru, atau, apabila mungkin, menerapkan reaksi masa lalu untuk menghadapi pengalaman baru.
Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman , pembelajaran, identifikasi, perilaku  peran ( pendidik-murid, orang tua-anak, dan sebagainya). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodifikasi dan diubah.Pengalaman baru secara konstan mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah ataupun sebaliknya. Sikap merupakan proses yang dinamik, sehingga media, dan kehidupan seseorang secara konstan akan selalu mempengaruhinya. Sikap dapat membantu secara personal karena berkaitan dengan harga diri yang positif, atau dapat merusak secara personal karena adanya intensitas perasaan gagal.Sikap berada pada diri setiap orang sepanjang waktu dan secara konstan sikap itu mempengaurhi perilaku dan belajar.
Biasanya pengalaman belajar itu merupakan kegiatan yang banyak mengandung resiko karena hasilnya kadang tak menentu. Seorang pendidik harus dapat meyakini bahwa sikapnya akan memiliki pengaruh aktif terhadap motivasi belajar anak pada saat awal pembelajaran. Pada setiap awal pembelajaran, peserta didik umumnya segera membuat penilaian mengenai pendidik, mata pelajaran, situasi pembelajaran, dan harapan personalnya untuk sukses.
2.                  Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu peserta didik untuk mencapai tujuan.Perolehan tujuan merupakan kemampuan melepaskan atau mengakhiri perasaan kebutuhan dan tekanan. Dahaga (suatu kebutuhan) memandu pada pencarian air ( tujuan ). Apabila air telah cukup diminum, kebutuhan atau tekanan dahaga tersebut berakhir.Kebutuhan itu berada di dalam jaringan atau memoti manusia, dan kebutuhan itu bersifat fisiologis seperti lapar, atau kebutuhan itu merupakan hasil belajar, seperti kebutuhan untuk berprestasi.
Kebanyakan kebutuhan bertindak sebagai kekuatan internal yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan.Semakin kuat seseorang merasakan kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk mengatasi perasaan yang menenkan di dalam memenuhi kebutuhanya.Tekanan ini dapat di terjemahkan kedalam suatu keinginan ketika individu menyadari bahwa adanya perasaan dan berkeinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Peserta didik yang merasa lapar  kemudia  membutuhkan makanan ( tujuan umum). Dia ingin memanggil teman dekatnya( tujuan tertentu). Pendekatan yang paling terkenal  terhadap konsep kebutuhan adlah yang dikembangkan oleh Maslow. Teori holistic dan dinamik.Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling rendah sedangkan kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan yang paling tinggi.Apabila kebutuhan yang paling rendah tidak dapat dipenuhi, maka sulit bagi kebutuhan yang lebih tinggi mempengaruhi perilaku seseorang. Peserta didiki mengalami kesepian ( kebutuhan cinta dan ingi dimiliki) akan memiliki kesulitan untuk menjadi kompeten ( kebutuhan penghargaan)
3.                  Rangsangan
Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif.Seseorang melihat sesuatu dan tertarik padanya; mendengar sesuatu yang baru dan mendengarkan suara secara seksama; menyentuh sesuatu yang tidak di harapkan dan menarik tangan dari padanya.Semua itu merupakan pengalaman yang merangsang. Apapun kualitasnya, stimulus yang unik akan menarik perhatian setia orang dan cenderung mempertahankan keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus tersebut.
Rangsangan secara langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Apabila peserta didik tidak memperhatikan pembelajaran, maka sedikit sekali belajar akan terjadi pada diri peserta didik tersebut. Proses pembelajaran dan materi yang terkait dapat membuat sekumpulan kegiatan belajar. Setiap peserta didik mempunyai keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran. Namun apabila mereka tidak menemukan proses pembelajaran yang merangsang, maka perhatianya akan menurun. Pembelajaran yang tidak merangsang mengakibatkan peserta didik yang pada mulanya termitivasi untuk belajar pada akhhirnya bosan terlibat dalam pembelajaran.
4.                  Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu tau kelompok pada waktu belajar.Tidak ada kegiatan belajar yang terjadi didalam kevakuman emosional. Peserta didik merasakan sesuatu sat belajar, dan emosi pesrta didik tersebut dapat memotivasi perilakunya kepada tujuan. Beberapa pakar psikologi menyatakan bahwa emosi merupakan penggerak utama perilaku, dan banyak pakar psikologi menerima gagasan  bahwa pikiran dan perasaan (1980), yang dikenal sebagai pakar psikologi kognitif, menyatakan bahwa perasaan didalam dan pada diri individu dapat memotivasi perilaku.
Gambaran tentang afeksi yang mempengaruhi perilaku dapat diilustrasikan dalam suatu contoh illustrtif berikut.Seorang peserta didk meminjam catatan temanya.Dia menyatakan bahwa dia tidak masuk kelaskarena mengalami kecelakaan.Temanya merasa kasihan sehingga meminjamkan catatanya.Didalam contoh itu peserta didik tersebut memiliki pemahaman kognitif yang menimbulkan perasaan kasihan yang menyebabkan meminjamkan catatanya.Sebaliknya, apabila peserta didik tersebut merasa menyesal karena penyimpangan perilaku peserta didik yang menderita itu, dia mungkin tidak meminjamkan catatanya.
Setiap lingkungan belajar secara constant dipengaruhi oleh reaksi emosional peserta didik.Demikian pula karena peserta didik dalam belajar seringkali berkaitan dengan perasan sukes dan gagal. Pendidik hendaknya memahami bahwa emosi peserta didik bukan saja mempengaruhi perilaku melainkan juga mempengaruhi cara berpikirnya.
Afeksi  dapat menjadi motivator intrisik. Apabila emosi bersifat positif maka emosi dapat mendorong peserta didik untuk belajar dengan keras.
5.                  Kompetensi
Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetisi dari lingkunganya.Teori kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkunganya secara efektif.Peserta sisik secara intinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas.Demikian pula setiap orang secara genetic di program untuk menggali, menerima, berpikir memanipulasi, dan mengubah lingkungan secara efektif.
Banyak teori psikologi menempatkan kompetensi sebagai asumsi utama.Teori atribusi, teori motivasi berprestasi, teori sebab-sebab personal, teori evaluasi kognitif, dan teori belajar social mendukung gagasan bahwa manusia berusaha keras untuk memahami dan menguasai.Dalam penelitian psikologi ditemukan bahwa peserta didik cendrung termotivasi apabila mereka menilai aktivitas belajar secara efektif.Karena kesadara kompetensi memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku, pesrta didik yang sedang belajar dapat merasakan kemajuan belajarnya merupakan pesrta didik yang termotivasi dengan baik untuk melanjutkan usaha belajarnya.
Apabila pesrta didk mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang dipelajari, di akan merasa percaya diri. Hal ini dating dari kesadaran peserta didik bahwa dia secara intensional telaj menguasai apa yang telah di pelajari berdasarkan pada kemampuan dan usahanya sendiri. Hubungan antara kompetensi dan kepercayaan diri adalah saling melengkapi.Kompetensi memberikan peluang pada percaya diri untuk berkembang.
6.                  Penguatan
Salah satu hukum psikologi paling fundamental adalh prinsip penguatan (reinforcement). Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah menemukan bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau negative. Penggunaan peristiwa penguatan yang efektif , seperti penghargaan terhadap hasil karya peserta didik, pujian, penghargaan social, dan perhatian dinyatakan sebagai variable penting di dalam perancangan pembelajaran.
Didalam teori penguatan, penguatan positif memainkan peranan penting.Penguatan positif menggambarkan konsekuensi atas peristiwa itu sendiri.Penguatan positif dapat berbentuk nyata, misalnya uang. Peserta didik dalam belajar akan disertai dengan usaha yang lebih besar dan belajar efektif apabila perilaku belajarnya diperkuat secara positif oleh pendidik.
Penguat negative merupakan stimulus  aversif ataupun peristiwa yang harus digantiatau dikurangi intensitasnya. Karena penguatan negative merpakan pendekatan aversif, maka prosedur ini secara potensial sangat berbahaya dalam mendorong belajar peserta didik.

D. Teori - Teori Motivasi
Beberapa teori yang dibahas berikut adalah teori yang berasal dari belajar behavorial kebutuhan manusia, disonansi, kepribadian, dan atribusi.
1.      Teori Belajar Behavioral
Konsep motivasi erat hubungannya dengan satu prinsip bahwa perilaku yang diperkuat (reinfoced) di masa lalu adalah lebih mungkin diulang lagi dibandingkan dengan perilaku yang tidak diperkuat atau dihukum. Para pakar behaviorisme menyatakan bahwa tidak perlu memisahkan teori belajar dengan motivasi, karena motivasi merupakan produk dari sejarah penguatan.
2.      Teori Kebutuhan Manusia
Sementara para pakar belajar behavioral berbicara motivasi dengan upaya memperoleh penguatan dan menghindari hukuman, para pakar lain lebih menyukai konsep motivasi untuk memenuhi kebutuhan. Abraham Maslow merupakan pakar teori kebutuhan manusia yang menjelaskan konsep motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Maslow mengidentifikasi dua jenis kebutuhan, kebutuhan dasar merupakan kebutuhan akibat kekurangan (deficiencyneeds) dan meta kebutuhan, kebutuhan untuk pertumbuhan (growthneeds).
a.                   Hirarki kebutuhan dari Maslow
Konsep penting lain yang diperkenalkan oleh Maslow adalah perbedaan antara kebutuhan kekurangan (deficiency) dan kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan defisiensi (fisik, keamanan, kasih sayang, dan penghargaan) merupakan kebutuhan bagi kesejahteraan fisik dan psikis. Kebutuhan ini harus dipenuhi, dan apabila terpenuhi, maka motivasi anak untuk melanjutkan pemenuhannya akan menurun.
b.                  Aktualisasi diri
Aktualisasi diri ditandai oleh adanya penerimaan diri dan anak lain, spontanitas, terbuka, relatif tegas namun demokratis, mudah bergaul dengan anak lain, kreatif, humoris dan mandiri, mereka sehat secara psikis.
c.                   Implikasi dalam pendidikan
Pentingnya teori Maslow pada kebutuhan adalah tentang hubungan antara kebutuhan akan skekurangan dan kebutuhan akan pertumbuhan.
3.      Teori Disonansi
Teori disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri yang positif merupakan motivator yang sangat kuat. Kebanyakan perilaku anak diarahkan pada upaya pemenuhan standar personalnya. Teori psikologi yang menjelaskan perilaku, dan alasan tentang penampilan perilaku yang digunakan untuk mempertahankan citra diri yang positif oleh Festinger disebut teori disonansi kognitif (Slavin, 1994). Teori ini menyatakan bahwa anak akan mengalami tekanan dan ketidaknyamanan apabila keyakinan dan nilai yang dipegang berlawanan dengan keyakinan atau perilaku yang secara psikologis tidak konsisten.
4.      Teori Kepribadian
Istilah motivasi umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Motivasi sering kali dipandang sebagai karakteristik kepribadian yang relatif stabil. Banyak anak yang memotivasi untuk berprestasi, dan banyak pula yang termotivasi untuk bersosialisasi dengan anak lain.Contohnya; anak termotivasi untuk makan karena telah cukup lama tidak makan (motivasi situasional), tetapi anak yang lebih tertarik pada makanan daripada yang lainnya (motivasi sebagai karakteristik kepribadian). Motivasi sebagai karakteristik kepribadian merupakan produk dari sejarah anak.
Apabila anak gagal mengembangkan cinta belajar sebagai karakteristik kepribadiannya, cinta belajar itu masih dapat ditanamkan pada anak dan kemudian menjadi bagian dari kepribadiannya. Motivasi yang stabil itu tidak dapat berubah, motivasi itu cenderung bersifat konstan diberbagai situasi dan dalam waktu cepat sukar untuk berubah.
5.      Teori Atribusi
Menurut Weiner, ada 3 karakteristik dalam menjelaskan kegagalan atau keberhasilan anak, yaitu
a.                   Penyebab keberhasilan dan kegagalan anak itu dipandang dari dalam atau dari luar diri anak.
b.                  Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai suatu yang bersifat stabil atau tidak stabil.
c.                   Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan.
Sebagaimana dalam teori disonansi kognitif, asumsi utama teori atribusi adalah bahwa seseorang akan berupaya mempertahankan citra diri yang positif. Oleh karena itu, apabila terjadi sesuatu yang baik, anak itu mengatribusikannya pada usaha atau kemampuannya sendiri, namun bila terjadi sesuatu yang buruk, anak itu akan berkeyakinan bahwa penyebabnya adalah karena dia mengendalikannya.
1)                  Atribusi untuk sukses dan gagal
Teori atribusi menjelaskan 4 hal tentang keberhasilan dan kegagalan dalam situasi berprestasi, yaitu kemampuan, usaha, kesulitan tugas, dan keberuntungan. Apabila siswa memperoleh keberhasilan, mereka mempunyai keyakinan bahwa keberhasilan itu disebabkan oleh faktor kepandaian, bukan karena keberuntungan, atau karena tugas itu mudah untuk dikerjakan atau bahkan mereka mencoba bekerja dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya siswa yang mengalami kegagalan, mereka mempunyai keyakinan bahwa kegagalan itu disebabkan oleh faktor ketidakberuntungan yang memberikan peluang keberhasilan diwaktu mendatang. Atribusi itu tidak mudah untuk dipertahankan, dengan kata lain atribusi tidak stabil akan berubah menjadi atribusi stabil.
2)                  Lokasi pengendalian
Konsep utama teori atribusi atau lokasi kontrol. Anak yang memiliki lokasi pengendalian internal akan percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan adalah karena upaya atau kemampuan yang dimiliki. Siswa yang percaya bahwa keberhasilan yang diperoleh di sekolah itu disebabkan oleh faktor keberuntungan atau faktor eksternal lainnya, mereka tidak mungkin akan bekerja keras. Sebaliknya siswa yang percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan itu disebabkan karena faktor usaha sendiri, mereka akan bekerja keras.
Lokasi pengendalian dapat berubah, dan perubahan itu dapat terjadi karena adanya kegiatan atau situasi tertentu. Oleh karena itu akan mengalami kesulitan dalam mengkaji efek lokasi pengendalian terhadap prestasi siswa karena prestasi itu juga memiliki efek yang kuat terhadap lokasi pengendalian.
3)                  Implikasi dalam pendidikan
Siswa yang memiliki keyakinan bahwa dia akan mengalami kegagalan cenderung memiliki motivasi yang rendah dalam mengerjakan tugas belajar, dan karena itu dia akan mengalami kegagalan. Untuk mengatasi kurangnya motivasi siswa seperti itu, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu :
a.              Mengomunikasikan sistem penilaian yang akan diterapkan kepada siswa.
b.           Guru menyampaikan harapan bahwa keberhasilan akan dicapai oleh siswa adalah tergantung pada usahanya sendiri.
c.         Penerapan pembelajaran individualisasi agar siswa dapat menilai kemajuannya sendiri.
6.      Teori Harapan
Teori harapan dikembangkan oleh Edwards, kemudian dilanjutkan oleh Atkinson. Rumus motivasi yang dikembangkan adalah sebagai berikut :
M = P x I ; dimana M = motivasi
P = Probabilitas yang diyakini untuk berhasil
I = nilai intensif yang diperoleh atas keberhasilan yang akan dicapai
Motivasi anak untuk memperoleh sesuatu adalah tergantung pada produk dari estimasinya terhadap peluang mencapai keberhasilan dan nilai yang di tempatkan atas keberhasilan yang dicapai. Aspek penting dalam teori harapan itu adalah bahwa dalam situasi dan kondisi tertentu, probabilitas keberhasilan yang sangat tinggi akan dapat menjadi penggangu motivasi. Teori harapan ini memiliki implikasi penting bagi guru, yaitu tugas-tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya tidak terlalu mudah ataupun terlalu sukar. Teori harapan lebih mementingkan pada kriteria keberhasilan sebagaimana dalam bidang penilaian. Oleh karena itu, pencapaian nilai pada suatu mata pelajaran hendaknya hanya dapat dicapai oleh siswa yang benar-benar menunjukkan usaha keras.
7.      Teori Motivasi Berprestasi
Salah satu teori motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprestasi, yakni kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan atau kegagalan. Siswa yang bermotivasi berprestasi kecenderungan lebih memilih memiliki partner belajar yang cakap dalam mengerjakan tugas, memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil ketika gagal.
Motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk memperoleh keberhasilan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan. Nicholls (1984) mengkaji motivasi berprestasi siswa yang berorientasi pada tujuan belajar (learninggoals atau masterygoals) dan tujuan kinerja (performancegoals). Siswa yang terdorong ke arah tujuan belajar akan mengambil pelajaran yang sukar dan berupaya mencari tantangan, begitu juga sebaliknya untuk siswa yang malas.MeClelland menyatakan bahwa siswa yang memiliki intelegensi sama namun memiliki orientasi belajar yang berbeda. Dweck (1986) menyatakan bahwa ketika siswa yang memiliki orientasi belajar yang berbeda itu menghadapi kesulitan, pada tujuan kinerja cenderung merasa cemas dan penampilannya tampak serius, begitu pula sebaliknya. Atkinson (1964) menyatakan bahwa individu dapat dimotivasi untuk berprestasi dengan cara memperoleh keberhasilan atau menghindari kegagalan. Karakteristik utama penghindar kegagalan adalah adanya kecenderungan untuk memilih tugas yang mudah atau sebaliknya paling sukar dikerjakan, sementara itu pencari keberhasilan cenderung memilih tugas yang memiliki tingkat kesulitan sedang.
a.                   Ketidakberdayaan dalam belajar (learnedhelplesness).
Merupakan bentuk ekstrim dari motif untuk menghindari kegagalan. Prinsip yang perlu diperhatikan untuk membantu ketidakberdayaan dalam belajar siswa adalah sebagai berikut :
1)      Penekanan terhadap tindakan positif.
Siswa mempunyai kelebihan dan gunakan kelebihan itu untuk menciptakan prestasi. Misalnya, ada siswa yang lebih senang berbicara daripada menulis.
2)      Pengurangan tindakan negatif.
3)      Berangkat dari pengenalan sesuatu yang baru, menggunakan kerangka cantolan (advanceorgainezer) atau diskoveri terbimbing (guideddicovery).
Siswa cenderung mengaitkan pelajarannya dengan pengalamannya sehari-hari.
4)      Ciptakan tantangan dalam belajar.
Siswa diberikan tugas untuk mengidentifiasikan masalah yang tersaji dalam kasus, kemudian mereka diminta untuk memecahkannya sendiri.
b.                  Implikasi dalam pendidikan.
Pertama, guru hendaknya meyakinkan kepada siswa bahwa belajar merupakan tujuan akademik. Kedua, guru hendaknya menghindari penggunaan sistem intentif atau penilaian yang bersifat kompetitif.
  
E. STRATEGI MOTIVASI BELAJAR
            Slavin (1994) mengungkapkan bahwa pembelajaran hendaknya mampu meningkatkan motivasi instrinsik peseta didik sebaik mungkin. Hal ini berarti bahwa pendidik harus mampu menarik minat dan meningkatkan hasrat ingin tahu peserta didik terhadap materi yang disajikan.
Beberapa cara untuk untuk meningkatkan motivasi instrinsik peserta didik :
1. Membangkitkan minat belajar
            Yaitu membangkitkan hasrat ingin tahu peserta didik mengenai pelajaran yang akan dating, dank arena itu pembelajaran akan mampu menignkat motivasi  instrinsik peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran yang diasjikan oleh pendidik.
2. Mendorong rasa ingin tahu
            Yaitu  dengan metode pembelajarn studi kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi, curah pendapat, dan sejenisnya merupakan beberapa metode yang dapat didigunakan untuk membangkitkan hasrat ingin tahu peserta didik.
3. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik 
            Yaitu misalnya, untuk membangkitkan minat belajar peserta didik dapat dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstasi, computer, simulasi, permainan peran, dan lainnya.
4. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan belajar
            Yaitu pendidik hendaknya mendorong dan membantu peserta didik agar merumuskan dan mencapai tujuan belajarnya sendiri agar peserta didik termotivasi untuk mencapai tujuan pembelajaranya sendiri. Cara lain adalah dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang telah dibuat oleh pendidik kepada peserta didik agar peserta didik juga ikut merasa memiliki sehingga akan melahirkan dorongan untuk memperolehnya.


DAFTAR PUSTAKA
Rifai, Achmad, Tri Ani Catharina. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang. Pusat Pengembang       MKU/MKDK Universitas Negeri Semarang



2 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Komentarlah dengan bijak

Post Unggulan

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Wisata Edukasi dan Sejarah

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Wisata Edukasi dan Sejarah My Own Property Yogyakarta memang terkenal dengan beragam wisatanya...

Popular Posts