Monday 19 December 2016

MASALAH YANG DIALAMI SISWA, PERAN GURU MATA PELAJARAN, DAN SOLUSINYA DI SEKOLAH

MASALAH YANG DIALAMI SISWA, PERAN GURU MATA PELAJARAN, DAN SOLUSINYA DI SEKOLAH

Pengampu : Ibu Muslikah S.Pd., M.Pd.
Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling




Disusun Oleh :

             Nama : Dede Purnomo
              NIM           : 2201413097
             Prodi         : Pendidikan Bahasa Inggris



UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Siswa adalah generasi bangsa yang memegang peranan penting dalam kemajuan bangsa. Kemajuan bangsa bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya siswa. Oleh karena itu siswa dituntut untuk dapat menjadi seorang yang mempunyai kepribadian yang baik sehingga dapat menjadi contoh di masyarakat. Namun dalam praktiknya di lapangan, banyak siswa yang tidak menunjukan perannya sebagai siswa. Banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dan masalah yang dihadapi siswa, baikk dalam akademik maupun sikap, perilaku, dan etika. Dalam masalah akademik banyak siswa yang tidak memahami materi yang diajarkan oleh guru, kurang belajar, dan mungkin karena ada faktor eksternal yang menghambat proses belajarnya. Dalam masalah etika, sikap, maupun perilaku banyak yang menyimpang, baik dari siswa itu sendiri ataupun pengaruh lingkungan. 
Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk mengatasi masalah-masalah siswa tersebut. Pemecahan masalah tersebut dalam dilakukan oleh BK ataupun oleh  guru mata pelajaran sendiri. Guru mata pelajaran mungkin lebih lebih dekat dengan siswa dibandingkan dengan BK karena siswa lebih sering berinteraksi dengan guru mata pelajaran dibandingkana dengan BK. Guru mata pelajaran juga lebih memahami karakter siswanya. Dengan demikian peran guru sangatlah diperlukan untuk mengatasi masalah siswa tersebut.



B. Rumusan Masalah
1. Apa masalah yang dialami siswa di sekolah
2. Bagaimana peran guru mata pelajaran dalam mengatasi masalah tersebut
3. Masalah guru dan siswa tentang kurikulum 2013


C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa masalah yang dialami siswa di sekolah
2. Mengetahui bagaimana peran guru mata pelajaran dalam mengatasi    masalah tersebut
3. Mengetahui masalah guru dan siswa tentang kurikulum 2013


D. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman tentang masalah-masalah siswa dan solusinya
2. Mneingkatkan pemahaman tentang kendala-kendala tentang kurikulum 2013




BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian masalah
Masalah tidak lepas dari hidup seseorang, termasuk siswa. Siswa berkewajiban untuk menuntut ilmu dan merupakan tahap untuk pembentukan kepribadian seseorang dan tentunya proses tersebut tidak mudah dan banyak masalah-masalah yang dihadapi. Masalah merupakan sesuatu atau persoalan yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan berkembang  dan tidak segera dipecahkan akan mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Masalah dapat berupa hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak sesuai dengan keinginan seseorang, ataupun yang bertentangan dengan aturan-aturan yang ada. 
Ciri-ciri masalah :
1. Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das sollen) dan kenyataan (das sein)
2. Semakin besar kesenjangan, maka masalah semakin berat
3. Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda
4. Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri maupun oleh lingkungan
5. Masalah timbul akibat dari proses belajar yang keliru
6. Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic question) yang perlu dijawab
7. Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok

B. Pengertian Solusi
Setiap permasalahan pasti ada solusinya, entah bagaimanapun itu. Solusi merupakan pencapaian yang dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan keinginan. Walaupun setiap solusi tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia solusi diartkan sebagai so•lu•si n penyelesaian; pemecahan (masalah dsb); jalan keluar. Jadi unutk memecahkan suatu masalah diperlukan adanya solusi.

C. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikanyang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaan di tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Di tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku.
Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika) disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyatakan menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru melaksanakan kurikulum ini selama satu semester pada tanggal 5 Desember 2014.



BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan metode penelitian pekerjaan penelitian akan lebih terarah, sebab metode penelitian bermaksud memberikan kemudahan dan kejelasan tentang apa dan bagaimana peneliti melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara untuk pengumpulan data. Dalam metode wawancara ini, penulis sebelumnya membuat pedoman wawancara terlebih dahulu dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut: 
1. Persiapan, meliputi menentukan tujuan; menentukan bentuk pertanyaan; menentukan responden; menentukan jumlah responden; menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara; dan mengadakan hubungan dengan responden.
2. Pelaksanaan, meliputi memilih pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi dan mengadakan wawancara.
3. Penutup, meliputi menyusun laporan wawancara; mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara dan mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan wawancara itu.



PEDOMAN WAWANCARA

Topik : Masalah yang dialami siswa dan solusinya di sekolah
Tujuan : Untuk mengetahui masalah yang dialami siswa dan solusinya di sekolah
Nama Responden : Satria Miftachudien, S.Pd.
Waktu Pelaksanaan : Selasa, 2 Desember 2014 pukul 20.30 WIB
Tempat                   : Kos IR9, Gang Kenanga, Banaran, Semarang

1. Siapa nama Bapak?
2. Dimana Bapak mengajar?
3. Mata pelajaran apa yang Bapak ampu?
4. Kelas berapa yang bapak ampu?
5. Masalah apa yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran yang Bapak ampu dari segi akademik?
6. Bagaimana solusinya?
7. Bagaimana masalah siswa dalam sikap atau etika?
8. Bagaimna solusinya?
9. Bagaimana dengan kurikulum 2013, apakah ada kendala atau masalah yang dihadapi siswa?
10. Bagaimana solusinya?



HASIL WAWANCARA


Topik : Masalah yang dialami siswa dan solusinya di sekolah
Tujuan : Untuk mengetahui masalah yang dialami siswa dan solusinya di sekolah
Nama Responden : Satria Miftachudien, S.Pd.
Waktu Pelaksanaan : Selasa, 2 Desember 2014 pukul 20.30 WIB
Tempat                    : Kos IR9, Gang Kenanga, Banaran, Gunung Pati, Semarang



1. Nama saya Satria Miftachudien
2. Saya mengajar di SD Bhineka, Semarang
3. Saya mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris
4. Saya mengampu semua kelas sih kelas 1 sampai 6
5. Kalau dari segi akademik,  kesulitan dalam bahasa Inggris yaitu dalam pemahaman dan kurang familiar dengan kata-katanya  karena anak SD merupakan level awal bahasa inggris. Mereka butuh banyak penjelasan, misal dalam vocab (kosa kata), tetapi grammar tidak terlalu karena sekarang anak lebih difokuskan  ke language teaching, jadi siswa dibanyakin untuk berbicara.
6. Solusinya kalau dari segi akdemik yaitu saat mengajar harus memberikan instruksi dan langkah-langkahnya, step by stepnya itu jelas, tugasnya harus jelas, juga harus sudah disediain bahan-bahan dan contohnya atau kata-katanya.
7. Kalau secara etika atau sikap mereka lebih egois dan mementingkan diri sendiri. Sehingga mereka sangat susah untuk membuat kelompok untuk belajar, walaupun mau tapi mereka lebih memilih dengan teman mereka yang disukai, dan jika dipilihkan sama guru mereka pasti protes. Guru-guru disana hampir semua keras kepada siswa dan hampir setiap hari ada guru yang memarahi muridnya. Ya mereka kan masih anak kecil yang suka bermain-main yang masih dalam batas kewajaran. Ini mungkin yang menyebabkan siswa merasa tertekan, jadi pelajaran yang lain jadi pelampiasan salah satunya Bahasa Inggris. Saya sebenanya lebih menekankan ke speaking dan listening, tapi kadang mereka tidak memperhatikan, dan tugas kadang tidak dikerjakan.
8.  Dari segi sikap atau etika karena mereka kebanyakan anak manja jadi harus sering-sering dikasih tahu, ini salah, ini gak baik, yang bener kaya gini, selain itu juga harus memberi contoh. Misalnya makan sambil duduk jangan sambil berjalan. Misalnya di kelas ribut sendiri nanti dipisah ke pojok sendiri, atau ke depan atau di kasih tugas. Misalnya suruh bikin kalimat dan disuruh ngomong secara spontan. Yang penting positif buat meraka. Kalau untuk anak-anak yang egois memang butuh proses, pelan-pelan. Mislanya memberi tugas yang sebisa mungkin gak bisa dikerjakan sendiri kecuali berkelompok, dengan begitu mereka pelan-pelan akan bersosialisai satu sama lain, sehingga ego mereka lama-lama akan menghilang.
9. Kurikulum 2013 menurutku kurang sosialisasi sih, sehingga banyak guru yang tidak tahu dan tidak paham.  Mungkin butuh training yang lama. Pemerintahpun sepertinya kurang siap, contohnya buku-buku yang minim sehingga berimbas ke guru, sehingga banyak guru kurang setuju karena apliaksinya terlalu rumit, apalagi yang sudah sepuh. Banyak menuntut siswa untuk ini itu sehingga sulit memposisikan siswa kedalam kurikulum 2013. Padahal pola pemebelajaran siswa bukan sepeti itu. Jadi penyesuain dari yang lama ke yang sekarang butuh usaha yang keras, bukan hanya guru tapi juga siswa dan kadang kondisi lapangan tidak menudukung. Kalau siswanya mereka lebh berekspektasi terlalu tinggi sehingga siswa kadang tidak sesuai dengan standar kurikulum 2013.
10. Solusinya lebih banyak belajar, banyak latihan sehingga paham detail pelaksanaan kurikulum 2013. Kalau solusi untuk siswanya dibiasakan saja, mengubah pola pikir, dan kebiasaan. Kemudian cara belajar mereka dikelas butuh proses, jadi harus sabar



BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis
Masalah siswa memang beragam dan harus diselesaikan dengan cara yang beragam pula. Itulah mengapa seseorang dianggap unik karena karakternya yang berbeda. Layaknya anak kecil, seorang siswa SD memang lebih manja dan butuh kesabaran yang cukup untuk menghadapinya. Mereka belum terlalu paham untuk apa mereka sekolah, untuk apa mereka di kelas. Mungkin meraka ke sekolah karena hanya ingin bertemu teman-teman mereka untuk bermain. Tentu ini hal yang biasa dan dimaklumi. 
Tetapi ini bergantung kembali ke guru masng-masing. Bagaimana seorang guru dapat mengajar dengan caranya sendiri tapi dengan tujuan mendidik, yaitu untuk kebaikan siswanya. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, menunjukan bahwa mengajar kepada anak SD itu memang tidak mudah. Terkadang seorang guru harus mengulang berkali-kali pelajarannya agar siswanya paham, khusunya Bahasa Inggris yang memang bahasa baru bagi mereka. Tentu ini butuh waktu yang lama untuk belajar, dan seorang guru dituntut untuk sabar dan perlahan dalam mengajarinya. Salah satu faktor menagapa mereka kurang  konsentrasi dikelas mungkin karena mereka sering dimarahi oleh gurunya sehinga mereka mencari pelampiasanm contohnya di mata pelajaran  Bahasa Inggris.
Dari segi sikap dan etika, mereka lebih manja dan egois. Mereka kurang bersosialisasi dengan temannya sehingga mereka hanya bermain ataupun kalau disuruh berkelompok mereka memilih teman yang sukainya saja. Memang ini suatu kewajaran yang dimiliki oleh seorang anak SD. Untuk mengatasunyapun harus dengan dengan cara yang unik dan mendidik.
Penerapan kurikulum 2013 juga banyak mendapat respon yang kurang baik dari guru maupun dari siswanya sendiri. Banyak terjadi masalah yang berimbas ke guru maupun siswanya. Pemerintah yang dinilai kurang siap, kurangnya training, dan kurangnnya sosialisasi menjadi alasan utama banyak guru yang kurang paham dalam penerapannya sehingga penerapan ke siswapun kurang maksimal. Sehingga guru dituntut untuk selalu belajar dan berlatih untuk memaksimalkan penerapan kurikulum 2013 ini. Ini berimbas pada ketercapaian siswa sesuai dengan standar kurikulum 2013 belum tercapai secara maksimal.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa siswa memang sangat beragam dan perlu solusi beragam pula. Diperlukan kesabaran dan langkah-langkah yang jelas untuk mengajar anak SD yang masih manja, egois dan mementingkan diri sendiri. Selain itu juga karena anak SD masih anak kecil yang senang bermain, sehingga mereka kadang suka bermain sendiri di kelas dan tidak memperhatikan gurunya. Inilah mengapa banyak guru yang tidak sabar dan sering kali memarahi siswanya.
Seharusnya seorang guru dapat mengarahkan siswanya dengan cara yang mendidik, bukan dengan memarahinya yang dapat berimbas pada psikologi siswa tersebut. Mereka akan tertekan dan merasa takut ketika di kelas. Sehingga mereka tidak konsentrasi dan tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Padahal seorang siswa SD memiliki daya ingat yang bagus. Oleh karena itu seorang guru harus dapat memberikan metode mengajar yang baik sehingga siswanyapun akan semangat dan antusias mengikuti pelajaran.
Pemberian hukuman kepada siswa yang nakal atau bandel harus bersifat mendidik. Hukuman yang mendidik kepada siswa akan lebih berdampak positif dari pada dengan memarahinya. Apabila seorang guru memarahinya maka siswa akan menganggap bahwa guru itu galak dan ketika mengajar maka siswa akan tidak memperhatikan dan tidak paham karena ketakutan. Ketika hukuman bersifat mendidik maka akan membuat siswa merasa bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari hukuman tersebut yang dapat meningkatkan kemampuannya di kelas. Sehingga tidak membuat merasa takut dan tertekan.
Kurikulum 2103 yang dianggap kurang sosialisasi dan training yang menyebabkan guru tidak paham dan tidak bisa mengimplementasikannya kepada siswa secara maksimal. Ini menunjukan bahwa krikulum 2013 belum berhasil sepenuhnya. Salah satu faktornya yaitu kurangnya buku-buku pembelajaran dari pemerintah yang menunjukan bahwa kesiapan pemerintahpun belum sepenuhnya siap. Oleh karena itu kurikulum 2013 masih perlu dikaji ulang, perlu sosialisasi dan training yang matang dari pemerintah, khususnya kesiapan pemerintah itu sendiri. Sehingga dapat berjalan maksimal, dan gurupun dapat mengimplementasikan kepada siswa dengan maksimal pula yang berujung pada tercapainya standar siswa sesuai kurikulum 2013. 



BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Permasalahan siswa khususnya siswa SD memang merupakan hal yang wajar, seperti egois, sulit dalam memahami pelajaran khususnya Bahasa inggris, manja, dan masih suka bermain-main di kelas ketika sedang pelajaran. Di sini lah peran guru sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, tapi dengan cacatan dalam mengatasinya menggunakan metode yang mendidik, jangan memarahinya. Seorang gurupun dituntut untuk sabar dalam mengajar dan dalam menyampaikan pelajaran dengan perlahan dan berulang. Tidak hanya akademik, tetapi juga nilai-nilai kebaikan dalam pembentukan pribadi yang lebih baik.
Kurikulum 2013 memang dinilai belum maksimal dalam implementasinya. Pemerintah dinilai belum siap karena implementasi kurikulum ini butuh usaha keras untuk mencapai stándar siswa yang sesuai kurikulum 2013. Kurangnya sosialisasi, kurangnya buku, dan kurangnya training menjadi alasan kurang pahamnya guru untuk menerapkan kurikulum ini. Sehingga menimbulkan masalah yang berimbas ke siswa.

B. Saran/Rekomendasi
1. Seorang guru harus lebih memahami dan memaklumi karakter siswa yang unik, khusunya siswa SD yang masih anak-anak.
2. Seorang guru menasihati siswa bukan dengan memarahinya, tetapi dengan cara yang mendidik.
3. Seorang guru tidak hanya mengajar akademik, tapi juga menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada siswa dengan memberi contoh.
4. Pemerintah lebih siap, memberi waktu, sosialisasi, training dan pemahaman kepada guru agar dapat mengimplementasikan kurikulum 2013.
5. Seorang guru lebih banyak belajar dan berlatih lagi tentang kurikulum 2013 agar dapat diimplementasikan ke siswa untuk mencapai standar kurikulum 2013.


DAFTAR PUSTAKA

Awalya,dkk. 2013. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Pusat Pengembangan MKU-MKDK Unnes
http://kbbi.web.id/solusi Diakses tanggal 07 Desember 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013 Diakses tanggal 07 Desember 2014

Friday 16 December 2016

Begalan As A Traditional Custom Of Banyumas

Begalan As A Traditional Custom Of Banyumas

www.agusraharjokabpd.wordpress.com

            Begalan is the traditional custom of Banyumas. It generally is done by the bride’s parents for the first time in doing wedding “mbarang gawe” . So, it is not doubt that the Begalan groups are also often perform out of Banyumas. Begalan exists since hundreds years ago. The history of Begalan has been adhered in Banyumas culture.
            There are some versions of Begalan history in Banyumas. There is a Banyumas history that Begalan was exist since Adipati Wirasaba era that at that time had a daughter, Dewi Sukesi, who was marrying with the son of Banyumas adipati called  Tirtakencana prince that happened on 19 century.
            Begalan is done as a wedding sequence in Banyumas. It is usually done when the bride and bride groom are the first and the last child, especially if it is from the bride. By Banyumas people belief, Begalan is a “krenah” requisite that must be done as an important requisite.
            Begalan is not only an art and tradition because in the dialog of Begalan consists of moral and religion value for the bride and bride groom. Begalan consists of ilir, kukusan, kendil, rice, and others kitchen stuffs. It has each value of each item. There are two actors in Begalan that explain the meaning of each kitchen stuff as a prayer to the God for the bride and bride groom in order to be sakinah, mawadah, and warohmah family or to be an eternal family, “Kaya Mimi lan Mintuna nganti Kaken-kaken Ninen-ninen”.
            The origin meaning of Begalan is from “begal” that stand for ‘rob” and suffix –an. It is an attraction that represents the person who brings stuffs and then come the robber robs the stuff in the middle of road. The attraction is followed by gendhing from Banyumas and conversation between the robber and the person who brings stuffs with joke, satire, and religious advice to the spectator. The gendhing is played in cheer and dynamic rhythm.
            Then, they are getting bandying words and joke fighting while explaining the meaning of the stuffs that the Begalan actor brings. That the robber starts robbing the stuffs form the person who brings stuffs in the “brenong kepang”. This is the moment that the spectator waiting for because they can take stuffs from the Begalan actors. They believe that it can bring blessing from the God.



Wednesday 14 December 2016

Makalah Hasil Penelitian Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Waria dan Keberadaan Waria Kaitannya dengan Hubungannya dengan Masyarakat

Hasil Penelitian
Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Waria dan
Keberadaan Waria Kaitannya dengan Hubungannya dengan Masyarakat
                        Dosen Pengampu        : Ibu Noviani Achmad Putri, S.Pd., M.Pd
                        Mata Kuliah                : Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun Oleh :

1. Dita Ayu Anggariani                      2201413014
2. Nila Suci Anggraeni                        2201413049
3 Catur Windy Astuti                        2201413095
4. Dede Purnomo                                2201413097
5. Shalatul Fajri                                   8111413135
6. Rantau Rizkiana                              8111413136
7. Randa Ananda                                8111413137


Universitas Negeri Semarang
Semarang
2014

BAB I
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah
Hampir semua orang mengenal waria (wanita tapi pria), waria adalah  individu yang memiliki jenis kelamin laki-laki tetapi berperilaku dan berpakaian seperti layaknya seorang wanita. Waria merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, namun demikian jumlah waria semakin hari semakin bertambah, terutama di kota-kota besar.
Dalam disiplin ilmu psikologi, dikenal beberapa gejala kewariaan yaitu pertama, transeksualitas yaitu seseorang dengan jenis kelamin secara jasmani sempurna, namun secara psikis cenderung menampilkan diri sebagai lawan jenis. Kedua, tranvetis yaitu nafsu yang patologis untuk memakai pakaian dari lawan jenis kelaminya dan mendapat kepuasan seks dengan memakai pakaiaan dari jenis kelamin lainnya. Sedangkan yang ketiga, hermafrodit yaitu orang yang mempunyai dua jenis kelamin atau tidak kedua-duanya (Nadia, 2005 : 3).
Perilaku  waria  tidak  dapat  dijelaskan  dengan  deskripsi  yang sederhanaKonflik identitas jenis kelamin yang dialami waria tersebut hanya dapat dipahami melalui kajian terhadap setiap tahap perkembangan dalam hidupnya. Setiap manusia atau individu akan selalu berkembang, dari perkembangan tersebut individu akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Salah satu aspek dalam diri manusia yang sangat penting adalah peran jenis kelamin.
Setiap individu diharapkan dapat memahami peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Keberhasilan individu dalam pembentukan identitas jenis kelamin ditentukan oleh berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menerima dan memahami perilaku sesuai dengan peran jenis kelaminnya. Jika individu gagal dalam menerima dan memahami peran jenis kelaminnya maka individu tersebut akan mengalami konflik atau gangguan identitas jenis kelamin.
Berperilaku menjadi waria memiliki banyak resiko. Waria dihadapkan pada berbagai masalah: penolakan keluarga, kurang diterima atau bahkan tidak diterima secara sosial, dianggap lelucon, hingga kekerasan baik verbal maupun non verbal.
Berdasar atas realitas tersebut peneliti menganggap penting untuk memahami lebih dalam mengenai waria, kebutuhan-kebutuhan atau dorongan yang mengarahkan dan memberi energi pada waria, tekanan-tekanan yang dialami, konflik-konflik yang terjadi, hingga bagaimana mekanisme pertahanan diri yang akan digunakan oleh waria tersebut. Sehingga penulis mengambil judul “Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Waria ”.
B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diteliti dari penelitian adalah :
1. Apa saja faktor yang menyebabkan seseorang menjadi waria?
2. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap waria ?
C. Tujuan Penelitian
            Bertolak dari permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi waria
2. Mengetahui tanggapan Masyarakat terhadap waria


 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sejarah Waria
Sebenarnya kita tidak tahu sejak kapan tepatnya penyimpangan gender terjadi, akan tetapi sejak dahulu manusia memang sudah melakukan penyimpangan atau penyeberangan gender serta manjalin hubungan antara sesama jenis. Penyimpangan gender dan hubungan sesama jenis sudah sering dibahas.
Dalam berbagai penelitian yang dilakukan, peristiwa atau lokasi kejadian diazabnya umat Luth AS ini adalah di Kota Sodom, di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Laut Mati atau di danau Luth yang terletak di perbatasan antara Israel danYordania.
           Ajakan Nabi Luth ini justru ditolak oleh umatnya. Bahkan, tatkala Allah SWT mengutus dua orang malaikat dalam wujud manusia kepada Nabi Ibrahim dan Luth (QS Adz-Dzaariyaat [51]: 32, Hud [11]: 62-81), mereka malah
 meminta Luth untuk menyerahkan kedua tamunya itu untuk dinikahkan kepada mereka. Lalu, Allah menghancurkan umat Luth ini akibat perbuatannya.
Penyimpangan Seksual ini juga terjadi di kota Pompei, Italia.Tercatat dari sejarah dan bekas - bekas mayat yang tertinggal karena letusan gunung Vesuvius, Mayat - Mayat yang telah menjadi fosil itu ditemukan saat berhubungan badan dengan sesama jenis

B. Pengertian Waria
Menurut Wikipedia Waria (lakuran dari kata wanita dan pria) atau wadam (lakuran dari kata hawa dan adam) adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupan sehari-harinya.
Didalam KBBI Waria adalah wanita pria; pria yg bersifat dan bertingkah laku spt wanita; pria yg mempunyai perasaan sbg wanita; wadam
Secara Umum Waria adalah singkatan dari “Wanita pria”, Waria atau yang sering kita sebut banci dalam sehari-hari merupakan salah satu penyimpangan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Waria? Terkadang kita tidak asing mendengar kata itu,karena sering menjadi perbincangan masyarakat. Bagaimana mungkin seorang pria berprilaku seperti layaknya seorang wanita,hal itu sangat tidak wajar. Karena Tuhan hanya menciptakan dua gender  yaitu PRIA dan WANITA. Dengan segala kelebihan dan kodratnya masing-masing. Tapi coba kita lihat secara fisik dari para waria?? Terlihat aneh mungkin untuk sebagian masyarakat, bahkan sebagian orang memandang sebelah mata terhadap kaum waria tanpa melihat sisi kehidupan lain dari para waria tersebut.

C. Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Waria
Faktor Biologis, dalam sisi Psikolog saat embrio berubah manjadi janin > sekitar minggu ke 24, dari proses itu hingga ke bulan ke 3, terjadi perubahan pada kelaminya, yaitu jadi perempuan/laki laki. masalahnya terkadang secara fisik mereka mengarah ke jenis kelamin A tetapi secara psikologis dia ke jenis kelamin B, istilahnya terjadi mutasi gen/terjadi penyimpangan hormon pembetuk saat janin sedang berkembang.
Jadi saat janin itu di lahirkan, secara pribadi/individual dia adalah seorang perempuan (hormonya perempuan, pribadi seorang perempuan) akan tetapi fisiknya seorang laki-laki. Pandangan psikologi mengatakan bahwa transeksual merupakan salah satu bentuk penyimpangan seksual baik dalam hasrat untuk mendapatkan kepuasan seksual maupun dalam kemampuan untuk mencapai kepuasaan seksual (Supratiknya, 1995 : 91).
Faktor sosial beranggapan bahwa akibat dari penyimpangan perilaku yang ditunjukkan oleh waria dalam kehidupan sehari-hari akan dihadapkan pada konflik sosial dalam berbagai bentuk pelecehan seperti mengucilkan, mencemooh, memprotes, dan menekan keberadaan waria di lingkungannya (Koeswinarno, 2005 : 151).
Sebenarnya kita tidak sepantasnya memandang mereka secara rendah, karena sebenarnya mereka pun memiliki sisi kehidupan yang lain yang mungkin tidak dapat kita rasakan sebagai manusia normal. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari seorang waria, contohnya saja kita bisa mengambil hikmah bahwa seorang manusia tidak ada yang sempurna, sekali pun manusia tersebut terlihat bijaksana dimata manusia lainnya. Percaya atau pun tidak menjadi seorang waria pun membutuhkan pengorbanan baik dalam segi fisik terlebih lagi mental.
Kehidupan waria sebenarnya termasuk kedalam perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang sering disebut deviasi sosial. Perilaku menyimpang merupakan segala  bentuk tutur kata atau perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Segala hal yang bertentangan dengan peraturan akan dianggap sebagai perilaku menyimpang.
Dari faktor ekonomis masalah sosial itu sendiri biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup sendiri maupun keluarganya secara layak.
Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor budaya menunjukan adanya ketidaksesuaian pelaksanaan nilai, norma, dan kepentingan sosial akibat adanya proses perubahan sosial dan pola masyarakat heterogen/multikultural.

D. Tanggapan Masyarakat Terhadap waria
Penolakan terhadap waria sering terjadi dilingkungan masyarakat terutama dilakukan oleh masyarakat strata sosial atas. Oetomo dalam  penelitiannya menyebutkan bahwa masyarakat strata sosial atas ternyata lebih sulit memahami eksistensi waria, mereka memiliki pandangan negatif terhadap waria dan enggan bergaul dengan waria dibanding masyarakat strata sosial bawah yang lebih toleran. Karena belum diterimanya waria dalam kehidupan masyarakat, maka kehidupan waria menjadi terbatas terutama pada kehidupan hiburan seperti ngamen, ludruk, atau pada dunia kecantikan dan kosmetik dan tidak menutup kemungkinan sesuai realita yang ada.
Pakar kesehatan masyarakat dan pemerhati waria, Gultom (2002) setuju dengan pendapat seorang waria yang bernama Yuli, bahwa waria merupakan kaum yang paling marginal. Penolakan terhadap waria tidak terbatas rasa “jijik”, mereka juga ditolak untuk mengisi ruang-ruang aktivitas: dari pegawai negeri, karyawan swasta, atau berbagai profesi lain. Bahkan dalam mengurus KTP, persoalan waria juga mengundang penolakan dan permasalahan, maka sebagian besar akhirnya turun dijalanan untuk mencari kebebasan. Perlakuan yang tidak adil terhadap waria, tidak lain adalah disebabkan kurang adanya pemahaman masyarakat tentang perkembangan perilaku dan dinamika psikologis yang dialami oleh para waria, sebab selama ini pemberitaan-pemberitaan media, baik media cetak maupun media elektronik, belum sampai menyentuh pada wilayah tersebut.


BAB III
      METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan metode penelitian pekerjaan penelitian akan lebih terarah, sebab metode penelitian bermaksud memberikan kemudahan dan kejelasan tentang apa dan bagaimana peneliti melakukan penelitian. Oleh karena itu dalam bab tiga ini akan diuraikan mengenai berbagai hal yang termasuk dalam metode penelitian.
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 1997 :138). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengungkap data tentang faktor penyebab seorang menjadi waria. Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara. Dalam metode wawancara ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa waria untuk mendapatkan data mengenai penyebab seorang menjadi waria.
            Dalam metode wawancara ini, penulis sebelumnya membuat pedoman wawancara terlebih dahulu dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
  1. Persiapan, meliputi menentukan tujuan; menentukan bentuk pertanyaan; menentukan responden; menentukan jumlah responden; menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara; dan mengadakan hubungan dengan responden.
  2. Pelaksanaan, meliputi memilih pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi dan mengadakan wawancara.
  3. Penutup, meliputi menyusun laporan wawancara; mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara dan mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan wawancara itu.
PEDOMAN WAWANCARA

Topik                           : Faktor penyebab seseorang menjadi waria
   Tujuan           :Untuk mengetahui potret waria dan faktor  penyebab keberadaannya
Nama Responden        :
Waktu Pelaksanaan     :
Tempat                        :
1.Nama Lengkap dan nama asli anda?

2.Mengapa bisa menjadi seorang waria ?

3.Nyaman gak dengan keadaan sekarang ini ?
.
4.Sejak kapan menjadi waria ?

5. Apakah keluarga anda tahu ? Bagaimana Tanggapan keluarga tentang anda ?

6. Bagaimana reaksi dari tetangga atau masyarakat ?

7. Aktivitas saat ini ?

8. Apakah ada rencana ke depan ?

9.Bagaimana dengan kisah asmara anda ??\

10.Ada gak keinginan untuk kembali menjadi seorang pria ?

11. Mulai kerja dan Penghasilan semalam?
12. Harapannya untuk ke depan ?
HASIL WAWANCARA

Topik                           : Faktor seseoorang menjadi waria
Tujuan                         :Untuk mengetahui kondisi dan faktor penyebab seseorang  
  Menjadi waria
Nama Responden        : Jupe alias Jony
Waktu Pelaksanaan     :8 November, pukul 22.00 WIB
Tempat                        : Kota Lama

Jawaban:
1.      Jupe, Nama asli Joni
2.      Karena faktor ekonomi
3.      Nyaman sekali, yang penting saya ga kerja sama orang dan ga merugikan orang lain
4.      Dari kecil
5.      Tahu, Ga apa-apa yang penting ga nyuri dan halal
6.      Tergantung kita sih, sih kalau saya yang penting ramah dan ga nganggu
7.       Cuman kerja malam aja, siangnya tidur
8.      Rencana nya mau buka salon, ngumpulin uang dulu
9.      Tidak ada kisah asmara, itu cuman bikin sakit
10.  ga mau, pengen jadi waria aja
11.  dari jam 21.00 WIB sampai 04.00 WIB, Rata-rata 100-200 ribu
12.   Dikasih tempat yang bagus


HASIL WAWANCARA

Topik                           : Faktor seseoorang menjadi waria
Tujuan                         :Untuk mengetahui kondisi dan faktor penyebab seseorang  
  Menjadi waria
Nama Responden        : Simar alias Dewi
Waktu Pelaksanaan     :8 November, pukul 22.00 WIB
Tempat                        : Kota Lama

Jawaban:
1.      Dewi nama asli simar
2.      Saya asli dari lahir sudah kayak gini
3.      Nyaman sekali dan yang penting ga nyusahin orang lain
4.      Dari tahun 2003
5.      Tahu banget, Ga apa-apa yang penting ga mencuri, yang penting halal
6.      Biasa aja, kalau saya tergantung diri sendiri yang penting ramah dan ga pernah nganggu mereka
7.       Cuman kerja malam aja, siangnya tidur
8.      Sudah punya salon
9.      Tidak ada cinta, kalau waria itu hanya pertemanan
10.  ga mau, pengen jadi waria aja
11.  dari jam 21.00 WIB sampai 04.00 WIB,Rata-rata 100-200 ribu
12.   Dikasih tempat yang bagus


TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP  WARIA

Apa tanggapan anda tentang waria ? Menghargaikah anda dengan keberadaan mereka ?
Inne ( ibu rumah tangga )
: Waria ga pernah dan ga bisa dibilang salah, mana ada orang yang bisa milih    mau dilahirin sebagai apa ? begitu juga dengan waria. Saya menerima saja, karna itu kehidupan dia.
Ping (Pegawai kantor)         
: Biasanya waria diidentikkan dengan sex. Jelas, terbukti dengan banyaknya waria yang menjajakan dirinya di pinggir-pinggir jalan. tidak jauh berbeda dengan PSK. Menurut saya itu negative.
Reki ( warga sekitar lokasi)
:Waria itu gak bisa dibilang menyalahi kodrat/gak sah menurut agama
terkadang dia korban kelainan genetik/mutasi gen, justru harusnya dibantu b
ukan dihina/disalah-salah kan.
Ibu Yeni ( sales)
: Saya berpendapat waria/wadam adalah suatu kelainan kejiwaan, karena secara fisik ia adalah pria. Mungkin hal ini karena banyak faktor, misalnya faktor internal (misalnya, faktor genetika) dan faktor eksternal (misalnya lingkungan).



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan terhadap dua orang waria, dapat diperoleh hasil laporan penelitian mengenai kehidupan seorang waria. Meskipun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan satu instrumen pengumpulan data yaitu wawancara, akan tetapi pada saat melakukan teknik wawancara ini peneliti juga ikut mengamati atau observasi langsung dengan mereka (subjek). Dari dua sampel penelitian yang penulis ambil, dapat dilihat kondisi yang hampir sama antara keduanya. Jika dilihat dari jawaban kedua sampel tersebut menunjukkan bahwa faktor penyebab yang menjadikan mereka menjadi waria seperti itu adalah karena faktor ekonomi dan biologis. Disamping itu Penolakan terhadap waria sering terjadi dilingkungan masyarakat terutama dilakukan oleh masyarakat strata sosial atas terhadap waria dibanding masyarakat strata sosial bawah yang lebih toleran.
Berdasarkan hasil penelitian kami, faktor adanya waria lebih di mengarah ke faktor biologis. Ini terbukti berdasarkan hasil wawancara, bahwa mereka tidak merasa menjadi seorang laki-laki, tapi mereka merasa seorang perempuan. Merekapun menjadi seorang waria sejak kecil dan nyaman dengan keadaan mereka menjadi seorang waria. Berdasarkan pengamatan kami, Seorang waria lebih terlihat keibuan (memiliki sifat seperti seorang wanita asli) ketika dia menjadi waria sejak kecil, lebih ramah, dan lebih mengumatakan perasaan. Beda halnya dengan seorang waria yang mulai menjadi waria lebih agak dewasa. Mereka masih terlihat sifatnya sebagai seorang laki-laki. Ini terbukti bedasarkan hasil pengamatan kami saat melakukan wawancara. Tetapi faktor ekonomi lebih menjadi alasan utama seseorang menjadi waria yaitu untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.


B. Pembahasan
Dari deskripsi hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa dari beberapa faktor penyebab seseorang menjad waria, faktor dominan yang biasa mempengaruhinya adalah faktor kondisi sosial ekonomi. Kesulitan ekonomi yang dialami oleh keluarga waria, menempatkan kedudukan seorang tersebut dalam keluarga untuk membantu mencari uang. Disamping itu juga ada faktor biologis yang nyatanya meski sejak lahir berkelamin laki laki tapi perasaaan dan jiwanya cendrung kearah perempuan. Pandangan masyrakat terhadap waria terbagi dalam 2 strata, masyarakat strata atas ternyata lebih sulit memahami eksistensi waria, mereka memiliki pandangan negatif terhadap waria dan enggan bergaul,mereka beranggapan waria adalah suatu kelainan kejiwaan, karena secara fisik ia adalah pria, Biasanya waria diidentikkan dengan sex. Jelas, terbukti dengan banyaknya waria yang menjajakan dirinya di pinggir-pinggir jalan. Tidak jauh berbeda dengan PSK. Sedangakan masyarakat strata bawah lebih toleran mereka beranggapan waria tidak pernah dan tidak bisa dibilang salah, mana ada orang  yang bisa milih mau dilahirin sebagai apa. Begitu juga dengan waria, mereka menerima saja, karena itu kehidupan dia. Waria itu tidak bisa dibilang menyalahi kodrat/gak sah menurut agama terkadang dia korban kelainan genetik/mutasi gen, justru harusnya dibantu bukan dihina/disalah-salah kan.
Seorang waria juga memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata hukum. Waria juga mempunyai HAM yang tidak boleh dilanggar dan harus memiliki hak sama sebagai warga negara di Indonesia. Yaitu hak hidup, hak bermasyarakat atau hak berkumpul, dan hak memperoleh pekerjaan yang layak. Oleh karena itu, seorang waria juga harus mempunyai peranan atau menjadi bagian dari masyarakat. Mereka berhak bergaul dan hidup bermasyarakat tanpa adanya diskriminasi ataupun dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Walaupun dari hasil wawancara kami, mereka lebih banyak menghabiskan waktu malam untuk berkerja mencari nafkah, dan siang mereka gunakan untuk beristirahat ataupun tidur. Ini mengindikasikan kalau mereka jarang bergaul dan bersosialisasi dengan masyarakat.
Sebenarnya mereka pun ingin mendapat pengakuan dari masyarakat secara utuh, mereka punya harapan untuk kedepannya, yaitu membuka salon dan diberi tempat yang bagus. Sehingga mereka tidak berada dijalanan. Mereka juga mempunyai prinsip yaitu mereka kerja halal, dan tidak mengganggu masyarakat.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, waria menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun ditempat-tempat tertentu mulai dari jam 21.00 WIB sampai jam 04.00.WIB. Munculnya waria disebabkan adanya beberapa faktor di antaranya kesulitan ekonomi, dan faktor biologis. Faktor ekonomi lebih dominan mereka mencari nafkah dengan tujuan untuk mencukupi ekonomi keluarga disamping adanya faktor biologis yang juga sebagai pendukung. Pandangan masyarakat terhadap waria terbagi menjadi 2 strata sosial, pertama, masyarakat strata sosial bawah cendrung lebih toleran sedangkan masyarakat strata sosial atas sering terjadi penolakan terhadap eksistensi waria.

B. Rekomendasi
Saran kami selaku penulis yaitu, Sebenarnya kita tidak sepantasnya memandang mereka secara rendah, karena sebenarnya mereka pun memiliki sisi kehidupan yang lain yang mungkin tidak dapat kita rasakan sebagai manusia normal. Apakah masih kita tega men-judge para kaum waria sebagai kaum rendahan yang  menjadi sampah  masyarakat ?? Sebagai sesama mahkluk Tuhan yang memiliki akal pikiran, seharusnya kita bisa lebih saling menghargai sesama apapun perbedaannya, atas dasar perasaan  prikemanusiaan. Apapun alasannya tidak ada yang bisa mendorong kita untuk berprilaku sedemikian rupa terhadap para waria. Karena, menerima ataupun tidak, kaum waria memang ada dan tidak bisa kita pisahkan dari  bermasyarakat. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan mohon maaf bila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Gultom,  R.A.,  2002.  Karakteristik  Penderita  Plasenta  Previa  Di  RSUD  Dr.
Pirngadi Medan Tahun 1999-2001

Koeswinarno. 2005. Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta : Kanisius.

Nadia, Z. 2005. Waria Laknat atau Kodrat. Yogyakarta : Galang Press

Supratiknya, A. 1995.  Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan Psikologis.
Yogyakarta: Kanisius


Post Unggulan

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Wisata Edukasi dan Sejarah

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Wisata Edukasi dan Sejarah My Own Property Yogyakarta memang terkenal dengan beragam wisatanya...

Popular Posts