Monday 19 December 2016

MASALAH YANG DIALAMI SISWA, PERAN GURU MATA PELAJARAN, DAN SOLUSINYA DI SEKOLAH

MASALAH YANG DIALAMI SISWA, PERAN GURU MATA PELAJARAN, DAN SOLUSINYA DI SEKOLAH

Pengampu : Ibu Muslikah S.Pd., M.Pd.
Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling




Disusun Oleh :

             Nama : Dede Purnomo
              NIM           : 2201413097
             Prodi         : Pendidikan Bahasa Inggris



UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Siswa adalah generasi bangsa yang memegang peranan penting dalam kemajuan bangsa. Kemajuan bangsa bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya siswa. Oleh karena itu siswa dituntut untuk dapat menjadi seorang yang mempunyai kepribadian yang baik sehingga dapat menjadi contoh di masyarakat. Namun dalam praktiknya di lapangan, banyak siswa yang tidak menunjukan perannya sebagai siswa. Banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dan masalah yang dihadapi siswa, baikk dalam akademik maupun sikap, perilaku, dan etika. Dalam masalah akademik banyak siswa yang tidak memahami materi yang diajarkan oleh guru, kurang belajar, dan mungkin karena ada faktor eksternal yang menghambat proses belajarnya. Dalam masalah etika, sikap, maupun perilaku banyak yang menyimpang, baik dari siswa itu sendiri ataupun pengaruh lingkungan. 
Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk mengatasi masalah-masalah siswa tersebut. Pemecahan masalah tersebut dalam dilakukan oleh BK ataupun oleh  guru mata pelajaran sendiri. Guru mata pelajaran mungkin lebih lebih dekat dengan siswa dibandingkan dengan BK karena siswa lebih sering berinteraksi dengan guru mata pelajaran dibandingkana dengan BK. Guru mata pelajaran juga lebih memahami karakter siswanya. Dengan demikian peran guru sangatlah diperlukan untuk mengatasi masalah siswa tersebut.



B. Rumusan Masalah
1. Apa masalah yang dialami siswa di sekolah
2. Bagaimana peran guru mata pelajaran dalam mengatasi masalah tersebut
3. Masalah guru dan siswa tentang kurikulum 2013


C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa masalah yang dialami siswa di sekolah
2. Mengetahui bagaimana peran guru mata pelajaran dalam mengatasi    masalah tersebut
3. Mengetahui masalah guru dan siswa tentang kurikulum 2013


D. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman tentang masalah-masalah siswa dan solusinya
2. Mneingkatkan pemahaman tentang kendala-kendala tentang kurikulum 2013




BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian masalah
Masalah tidak lepas dari hidup seseorang, termasuk siswa. Siswa berkewajiban untuk menuntut ilmu dan merupakan tahap untuk pembentukan kepribadian seseorang dan tentunya proses tersebut tidak mudah dan banyak masalah-masalah yang dihadapi. Masalah merupakan sesuatu atau persoalan yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan berkembang  dan tidak segera dipecahkan akan mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Masalah dapat berupa hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak sesuai dengan keinginan seseorang, ataupun yang bertentangan dengan aturan-aturan yang ada. 
Ciri-ciri masalah :
1. Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das sollen) dan kenyataan (das sein)
2. Semakin besar kesenjangan, maka masalah semakin berat
3. Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda
4. Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri maupun oleh lingkungan
5. Masalah timbul akibat dari proses belajar yang keliru
6. Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic question) yang perlu dijawab
7. Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok

B. Pengertian Solusi
Setiap permasalahan pasti ada solusinya, entah bagaimanapun itu. Solusi merupakan pencapaian yang dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan keinginan. Walaupun setiap solusi tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia solusi diartkan sebagai so•lu•si n penyelesaian; pemecahan (masalah dsb); jalan keluar. Jadi unutk memecahkan suatu masalah diperlukan adanya solusi.

C. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikanyang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaan di tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Di tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku.
Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika) disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyatakan menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru melaksanakan kurikulum ini selama satu semester pada tanggal 5 Desember 2014.



BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan metode penelitian pekerjaan penelitian akan lebih terarah, sebab metode penelitian bermaksud memberikan kemudahan dan kejelasan tentang apa dan bagaimana peneliti melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara untuk pengumpulan data. Dalam metode wawancara ini, penulis sebelumnya membuat pedoman wawancara terlebih dahulu dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut: 
1. Persiapan, meliputi menentukan tujuan; menentukan bentuk pertanyaan; menentukan responden; menentukan jumlah responden; menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara; dan mengadakan hubungan dengan responden.
2. Pelaksanaan, meliputi memilih pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi dan mengadakan wawancara.
3. Penutup, meliputi menyusun laporan wawancara; mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara dan mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan wawancara itu.



PEDOMAN WAWANCARA

Topik : Masalah yang dialami siswa dan solusinya di sekolah
Tujuan : Untuk mengetahui masalah yang dialami siswa dan solusinya di sekolah
Nama Responden : Satria Miftachudien, S.Pd.
Waktu Pelaksanaan : Selasa, 2 Desember 2014 pukul 20.30 WIB
Tempat                   : Kos IR9, Gang Kenanga, Banaran, Semarang

1. Siapa nama Bapak?
2. Dimana Bapak mengajar?
3. Mata pelajaran apa yang Bapak ampu?
4. Kelas berapa yang bapak ampu?
5. Masalah apa yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran yang Bapak ampu dari segi akademik?
6. Bagaimana solusinya?
7. Bagaimana masalah siswa dalam sikap atau etika?
8. Bagaimna solusinya?
9. Bagaimana dengan kurikulum 2013, apakah ada kendala atau masalah yang dihadapi siswa?
10. Bagaimana solusinya?



HASIL WAWANCARA


Topik : Masalah yang dialami siswa dan solusinya di sekolah
Tujuan : Untuk mengetahui masalah yang dialami siswa dan solusinya di sekolah
Nama Responden : Satria Miftachudien, S.Pd.
Waktu Pelaksanaan : Selasa, 2 Desember 2014 pukul 20.30 WIB
Tempat                    : Kos IR9, Gang Kenanga, Banaran, Gunung Pati, Semarang



1. Nama saya Satria Miftachudien
2. Saya mengajar di SD Bhineka, Semarang
3. Saya mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris
4. Saya mengampu semua kelas sih kelas 1 sampai 6
5. Kalau dari segi akademik,  kesulitan dalam bahasa Inggris yaitu dalam pemahaman dan kurang familiar dengan kata-katanya  karena anak SD merupakan level awal bahasa inggris. Mereka butuh banyak penjelasan, misal dalam vocab (kosa kata), tetapi grammar tidak terlalu karena sekarang anak lebih difokuskan  ke language teaching, jadi siswa dibanyakin untuk berbicara.
6. Solusinya kalau dari segi akdemik yaitu saat mengajar harus memberikan instruksi dan langkah-langkahnya, step by stepnya itu jelas, tugasnya harus jelas, juga harus sudah disediain bahan-bahan dan contohnya atau kata-katanya.
7. Kalau secara etika atau sikap mereka lebih egois dan mementingkan diri sendiri. Sehingga mereka sangat susah untuk membuat kelompok untuk belajar, walaupun mau tapi mereka lebih memilih dengan teman mereka yang disukai, dan jika dipilihkan sama guru mereka pasti protes. Guru-guru disana hampir semua keras kepada siswa dan hampir setiap hari ada guru yang memarahi muridnya. Ya mereka kan masih anak kecil yang suka bermain-main yang masih dalam batas kewajaran. Ini mungkin yang menyebabkan siswa merasa tertekan, jadi pelajaran yang lain jadi pelampiasan salah satunya Bahasa Inggris. Saya sebenanya lebih menekankan ke speaking dan listening, tapi kadang mereka tidak memperhatikan, dan tugas kadang tidak dikerjakan.
8.  Dari segi sikap atau etika karena mereka kebanyakan anak manja jadi harus sering-sering dikasih tahu, ini salah, ini gak baik, yang bener kaya gini, selain itu juga harus memberi contoh. Misalnya makan sambil duduk jangan sambil berjalan. Misalnya di kelas ribut sendiri nanti dipisah ke pojok sendiri, atau ke depan atau di kasih tugas. Misalnya suruh bikin kalimat dan disuruh ngomong secara spontan. Yang penting positif buat meraka. Kalau untuk anak-anak yang egois memang butuh proses, pelan-pelan. Mislanya memberi tugas yang sebisa mungkin gak bisa dikerjakan sendiri kecuali berkelompok, dengan begitu mereka pelan-pelan akan bersosialisai satu sama lain, sehingga ego mereka lama-lama akan menghilang.
9. Kurikulum 2013 menurutku kurang sosialisasi sih, sehingga banyak guru yang tidak tahu dan tidak paham.  Mungkin butuh training yang lama. Pemerintahpun sepertinya kurang siap, contohnya buku-buku yang minim sehingga berimbas ke guru, sehingga banyak guru kurang setuju karena apliaksinya terlalu rumit, apalagi yang sudah sepuh. Banyak menuntut siswa untuk ini itu sehingga sulit memposisikan siswa kedalam kurikulum 2013. Padahal pola pemebelajaran siswa bukan sepeti itu. Jadi penyesuain dari yang lama ke yang sekarang butuh usaha yang keras, bukan hanya guru tapi juga siswa dan kadang kondisi lapangan tidak menudukung. Kalau siswanya mereka lebh berekspektasi terlalu tinggi sehingga siswa kadang tidak sesuai dengan standar kurikulum 2013.
10. Solusinya lebih banyak belajar, banyak latihan sehingga paham detail pelaksanaan kurikulum 2013. Kalau solusi untuk siswanya dibiasakan saja, mengubah pola pikir, dan kebiasaan. Kemudian cara belajar mereka dikelas butuh proses, jadi harus sabar



BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis
Masalah siswa memang beragam dan harus diselesaikan dengan cara yang beragam pula. Itulah mengapa seseorang dianggap unik karena karakternya yang berbeda. Layaknya anak kecil, seorang siswa SD memang lebih manja dan butuh kesabaran yang cukup untuk menghadapinya. Mereka belum terlalu paham untuk apa mereka sekolah, untuk apa mereka di kelas. Mungkin meraka ke sekolah karena hanya ingin bertemu teman-teman mereka untuk bermain. Tentu ini hal yang biasa dan dimaklumi. 
Tetapi ini bergantung kembali ke guru masng-masing. Bagaimana seorang guru dapat mengajar dengan caranya sendiri tapi dengan tujuan mendidik, yaitu untuk kebaikan siswanya. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, menunjukan bahwa mengajar kepada anak SD itu memang tidak mudah. Terkadang seorang guru harus mengulang berkali-kali pelajarannya agar siswanya paham, khusunya Bahasa Inggris yang memang bahasa baru bagi mereka. Tentu ini butuh waktu yang lama untuk belajar, dan seorang guru dituntut untuk sabar dan perlahan dalam mengajarinya. Salah satu faktor menagapa mereka kurang  konsentrasi dikelas mungkin karena mereka sering dimarahi oleh gurunya sehinga mereka mencari pelampiasanm contohnya di mata pelajaran  Bahasa Inggris.
Dari segi sikap dan etika, mereka lebih manja dan egois. Mereka kurang bersosialisasi dengan temannya sehingga mereka hanya bermain ataupun kalau disuruh berkelompok mereka memilih teman yang sukainya saja. Memang ini suatu kewajaran yang dimiliki oleh seorang anak SD. Untuk mengatasunyapun harus dengan dengan cara yang unik dan mendidik.
Penerapan kurikulum 2013 juga banyak mendapat respon yang kurang baik dari guru maupun dari siswanya sendiri. Banyak terjadi masalah yang berimbas ke guru maupun siswanya. Pemerintah yang dinilai kurang siap, kurangnya training, dan kurangnnya sosialisasi menjadi alasan utama banyak guru yang kurang paham dalam penerapannya sehingga penerapan ke siswapun kurang maksimal. Sehingga guru dituntut untuk selalu belajar dan berlatih untuk memaksimalkan penerapan kurikulum 2013 ini. Ini berimbas pada ketercapaian siswa sesuai dengan standar kurikulum 2013 belum tercapai secara maksimal.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa siswa memang sangat beragam dan perlu solusi beragam pula. Diperlukan kesabaran dan langkah-langkah yang jelas untuk mengajar anak SD yang masih manja, egois dan mementingkan diri sendiri. Selain itu juga karena anak SD masih anak kecil yang senang bermain, sehingga mereka kadang suka bermain sendiri di kelas dan tidak memperhatikan gurunya. Inilah mengapa banyak guru yang tidak sabar dan sering kali memarahi siswanya.
Seharusnya seorang guru dapat mengarahkan siswanya dengan cara yang mendidik, bukan dengan memarahinya yang dapat berimbas pada psikologi siswa tersebut. Mereka akan tertekan dan merasa takut ketika di kelas. Sehingga mereka tidak konsentrasi dan tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Padahal seorang siswa SD memiliki daya ingat yang bagus. Oleh karena itu seorang guru harus dapat memberikan metode mengajar yang baik sehingga siswanyapun akan semangat dan antusias mengikuti pelajaran.
Pemberian hukuman kepada siswa yang nakal atau bandel harus bersifat mendidik. Hukuman yang mendidik kepada siswa akan lebih berdampak positif dari pada dengan memarahinya. Apabila seorang guru memarahinya maka siswa akan menganggap bahwa guru itu galak dan ketika mengajar maka siswa akan tidak memperhatikan dan tidak paham karena ketakutan. Ketika hukuman bersifat mendidik maka akan membuat siswa merasa bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari hukuman tersebut yang dapat meningkatkan kemampuannya di kelas. Sehingga tidak membuat merasa takut dan tertekan.
Kurikulum 2103 yang dianggap kurang sosialisasi dan training yang menyebabkan guru tidak paham dan tidak bisa mengimplementasikannya kepada siswa secara maksimal. Ini menunjukan bahwa krikulum 2013 belum berhasil sepenuhnya. Salah satu faktornya yaitu kurangnya buku-buku pembelajaran dari pemerintah yang menunjukan bahwa kesiapan pemerintahpun belum sepenuhnya siap. Oleh karena itu kurikulum 2013 masih perlu dikaji ulang, perlu sosialisasi dan training yang matang dari pemerintah, khususnya kesiapan pemerintah itu sendiri. Sehingga dapat berjalan maksimal, dan gurupun dapat mengimplementasikan kepada siswa dengan maksimal pula yang berujung pada tercapainya standar siswa sesuai kurikulum 2013. 



BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Permasalahan siswa khususnya siswa SD memang merupakan hal yang wajar, seperti egois, sulit dalam memahami pelajaran khususnya Bahasa inggris, manja, dan masih suka bermain-main di kelas ketika sedang pelajaran. Di sini lah peran guru sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, tapi dengan cacatan dalam mengatasinya menggunakan metode yang mendidik, jangan memarahinya. Seorang gurupun dituntut untuk sabar dalam mengajar dan dalam menyampaikan pelajaran dengan perlahan dan berulang. Tidak hanya akademik, tetapi juga nilai-nilai kebaikan dalam pembentukan pribadi yang lebih baik.
Kurikulum 2013 memang dinilai belum maksimal dalam implementasinya. Pemerintah dinilai belum siap karena implementasi kurikulum ini butuh usaha keras untuk mencapai stándar siswa yang sesuai kurikulum 2013. Kurangnya sosialisasi, kurangnya buku, dan kurangnya training menjadi alasan kurang pahamnya guru untuk menerapkan kurikulum ini. Sehingga menimbulkan masalah yang berimbas ke siswa.

B. Saran/Rekomendasi
1. Seorang guru harus lebih memahami dan memaklumi karakter siswa yang unik, khusunya siswa SD yang masih anak-anak.
2. Seorang guru menasihati siswa bukan dengan memarahinya, tetapi dengan cara yang mendidik.
3. Seorang guru tidak hanya mengajar akademik, tapi juga menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada siswa dengan memberi contoh.
4. Pemerintah lebih siap, memberi waktu, sosialisasi, training dan pemahaman kepada guru agar dapat mengimplementasikan kurikulum 2013.
5. Seorang guru lebih banyak belajar dan berlatih lagi tentang kurikulum 2013 agar dapat diimplementasikan ke siswa untuk mencapai standar kurikulum 2013.


DAFTAR PUSTAKA

Awalya,dkk. 2013. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Pusat Pengembangan MKU-MKDK Unnes
http://kbbi.web.id/solusi Diakses tanggal 07 Desember 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013 Diakses tanggal 07 Desember 2014

No comments:

Post a Comment

Komentarlah dengan bijak

Post Unggulan

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Wisata Edukasi dan Sejarah

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Wisata Edukasi dan Sejarah My Own Property Yogyakarta memang terkenal dengan beragam wisatanya...

Popular Posts