Saturday, 6 April 2019

Cerita Motivasi – Sendal Pembawa Hikmah ‘Ikhlas’

Cerita Motivasi – Sendal Pembawa Hikmah ‘Ikhlas’

dedepurnomo393.blospot.com
My Own Property
     Waktu sudah menunjukan kalau sholat jum’at akan segera dimulai. Orang-orang berduyun-duyun bersiap untuk mengambil air wudhu dan mengisi shaf yang masih kosong untuk sholat tahiyatul masjid. Saya yang masih mencari celah diantara jama’ah tertuju pada baris di mana ada celah untuk menaruh tas karena memang saya membawa tas gendong. Saya mengisi shaf tersebut, sholat tahiyatul masjid, dan kemudian berdiam menunggu adzan berkumandang. Tak lama kemudian ada seorang remaja dengan tas yang lumayan kecil juga mengisi celah di dekat saya dan menaruh tasnya tepat berjejer dengan tas saya. Pakaian putih seperti jubah menempel di tubuhnya. Dengan hikmatpun dia menunggu adzan berkumandang. Beberapa saat kemdudian, adzan pun berkumandang yang kemudian diikuti oleh khotbah, dan diakhiri dengan sholat jum’at berjamaah.
     
     Sholat jum’at baru saja usai. Ada yang melanjutkan berdzikir, ada yang sholat ba’diyah jum’at, dan ada juga yang langsung beranjak melanjutkan aktivitas laninnya. Saya yang telah usai pun duduk sebentar sambil beristirahat. Tak sengaja saya mendengar percakapan yang menurut saya sangat menarik.

Kenapa pak?” tanya si B kepada si A (yang menurut saya adalah pengelola masjid)
“Itu katanya sendalnya hilang, jawab si  A (sambil menunjuk seorang remaja)
“Siapa pak?” jawab si B.
“Itu tadi katanya” jawab lagi si A.
“Lho bukannya ada CCTV, suruh ngecek saja” sahut lagi si B.
“Iya, tadi juga saya tawarkan, tapi katanya ngga usah pak” jawab lagi si A.
“Kalau lihat CCTV kan nanti bisa tau siapa yang ambil” jawab lagi si B.
Iya, tadi saya bilang gitu, tapi katanya ngga usah. Terus saya bilang ini ambil saja sandal yang ini, tapi katanya, “Ngga usah pak. Ngga halal, tapi kalau punya saya halal” begitu. Dia anak pondok katanya, pondok daerah XXXX” jawab di A lagi.
“Anak pondok ya pasti sudah terlatih pak” balas si B sambil memuji.
“Iya, sudah terlatih, makannya dia milih ngga pake sandal daripada bawa sandal yang bukan miliknya, ngga halal katanya” puji si A lagi.

     Setelah saya lihat, ternyata dia adalah anak remaja yang duduk satu shaf dengan saya. Dan tentu saya masih mengingatnya. Akhirnya diapun pergi dengan berboncengan motor dengan salah seorang temannya (atau mungkin kakaknya).

     Percakapan yang menurut saya sangat mengena. Apa lagi kutipan, ““Ngga usah pak. Ngga halal, tapi kalau punya saya halal”. Dia mengatakan “nggak usah pak. Nggak halal,..” yang maksudnya adalah kalau mengambil sandal orang lain (bukan haknya) tanpa izin itu tidak halal (haram) walaupun dia sendiri tidak memakai sandal (karena diambil orang). Namun, dia juga mengatakan, “…,tapi kalau punya saya halal” yang artinya dia sudah mengiklaskan sendalnya yang diambil orang tersebut dengan menghalalkannya bagi si dia (orang yang mengambil sendalnya). Sungguh pelajaran yang luar biasa, mengiklaskan kepada di pembuat susah (orang yang mengambil sendalnya) walau dalam keadaan susah sekalipun akibat ulah si dia (pengambil sendal).

  

Baca Juga:

No comments:

Post a Comment

Komentarlah dengan bijak

Post Unggulan

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Wisata Edukasi dan Sejarah

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Wisata Edukasi dan Sejarah My Own Property Yogyakarta memang terkenal dengan beragam wisatanya...

Popular Posts