PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Mata
Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen
Pengampu : Dra. Istyarini, M.Pd.
1. Dede
Purnomo 2201413097
2. Fajar Adhi Nugroho 2201413003
3. M. Naufal
Izzuda 2201413142
4. Iva
Hanifa 2201413062
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2015
MOTIVASI
BELAJAR
A.
Pengertian motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan
keberhasilan anak didalam belajar . segbagian besar pakar psikologi menyatakan
bahwa motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku.
Suatu motivasi juga tidak dapat diukur secara langsung seperti halnya mengukur
panjang atau lebar suatu ruangan .
Kebanyakan pakar psikologi menggunakan kata motivasi
dengan mengaitkan belajar untuk menggambarkan proses yang dapat ;(a)
memunculkan dan mendorong perilaku (b) memberikan arah atau tujuan perilaku (c)
memberikan peluang terhadap perilaku yang sama dan (d) mengarahkan pada pilihan
tertentu . Sebagian pendidik ada yang mendasarkan kepada apa yang secara
tradisional digunakan untuk meningkatan motvasi belajar pesert didik seperi : intuisi,
akal sehat dan coba-coba (trial and error) .
Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan,
memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus (Slavin, 1994:
) Motivasi tidak hanya penting untuk membuat peserta didik melakukan aktivitas
belajar , melainkan juga menentukan berapa banyak peserta didik dapat belajr
dari aktivitas yang ,mereka lakukan atauinformasi yang mereka hadapi. Peserta
didik yang termotivasi menunjukan kognitif proses kognitif yang tinggi dalam
belajar, menyerap, dan mengingat apa yang telah dipelajari.
Motivasi untuk melakukan sesuatu berasal dari berbagai
faktor seperti karakteristik kepribadian . Individu mungkin memiliki minat yang
cukup dan mantap dalam berpartisipasi pad berbagai kegiatanm seperti akademik,
olahraga, dan aktivitas sosial .
B.
Pentingnya Motivasi dalam
Belajar
Motivasi
adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep
tersebut.
Penelitian
tentang hubungan antara motivasi peserta didik dengan belajar telah banyak
dilakukan . Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar,
namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar. Secara historik pendidik
selalu mengetahui kapan peserta didik perlu dimotivasi selama proses belajar,
sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus komunikasi
lebih lancar , menurunkan kecemasan peserta didik , meningkatkan kreativitas
dan aktivitas belajar . Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang
termotivasi akan benar-benar
menyenangkan , terutama bagi pendidik.
Peserta
didik yang menyelesaikan pengalaman belajar
dan meyelesaikan tugas belajar dengan perasaan termotivasi terhadap
materi yang dipelajari mereka akan lebih mungkin menggunakan materi yang telah dipelajari .
Walaupun
motivasi merupakan prasyarat penting dalam belajar, namun agar aktivitas
belajar itu terjasi pada diri anak, ada faktor lain seperti kemampuan dan
kualitas pembelajaran yang harus diperhatikan pula. Hal perlu dipertimbangkan
adalah berkenaan dengan masalah kemampuan anak didalam melakukan aktivitas
belajar , dan kegiatan pembelajaran yang menarik agar anak tersebut
termotivasi.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
setidak-tidaknya
terdapat enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori psokologi dan penelitian
terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar peserta
didik. Keenam faktor yang dimaksud yaitu (a) sikap, (b) kebutuhan, (c)
rangsangan, (d) afeksi, (e) kompetensi dan (f) penguatan. Berikut disajikan
seccara ringkas untuk memperhatikan bagaimana masing-masing faktor motivasi
memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik dan juga
bagaimana faktor-faktor tersebut dapat dikombinasikan ketika pendidik merancang
strategi motivasi dalam pembelajaran.
1.
Sikap
Sikap
merupakan kombinasi diri dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan di
dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau
objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Misalnya peserta
didik baru yang akan memgikuti pelajaran tertentu. Seorang temanya yang telah
mengikuti pelajaran tersebut menceritakan pengalamanya bahwa pendidiknya
bersikap autoritatif dan sombong. Peserta didik tersebut kemudian merasa cemas
pada waktu mengantisipasi pelajaran yang akan diikuti. Pada pertemuan
pembelajaran pertama, pendidik, dengan cara tertentu, mendiskusikan kegiatan
pembelajaran dan persyaratan yang harus dimiliki pesrta didik. Peserta didik
tersebut menilai gaya mengajar pendidik
tersebut kurang baik. Sekarang dia mencemaskan cara pendidik dalam mengajar
sehingga pelajaran yang akan diikuti. Pesrta didik tersebut telah
mengkombinasikan informasi dan emosi kedalam suatu predisposisi untuk merespon
peserta didik dan peristiwa yang tidak menyenangkan. Apabila temanya tersebut
menceritakan bahwa pendidik mata pelajaran tersebut sangat membantu dan
memperdulikan semua peserta didik, mungkin sikap peserta didik tersebut akan
berbeda.
Sikap
memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik karena sikap
itu membantu peserta didik dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman
kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap juga
akanmembantu seseorang merasa aman disuatu lingkungan yang pada mulanya tampak
asing. Sikap akan memberikan pedoman dan peluang kepada seseoarang untuk
mereaksi secara lebih otomatis.sikap akan membuat kehidupan lebih sederhana dan
membebaska seseorang dalam mengatasi unsur-unsur kehidupan sehari-hari yang
bersifat unik. Di dalam psikologi hal ini disebut prinsip “least effort”;
artinya , apabila mungkin, peserta didik akan menerapkan reaksi masa lalu untuk
menghadapi masalah baru, atau, apabila mungkin, menerapkan reaksi masa lalu
untuk menghadapi pengalaman baru.
Sikap
merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti
pengalaman , pembelajaran, identifikasi, perilaku peran ( pendidik-murid, orang tua-anak, dan
sebagainya). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodifikasi dan
diubah.Pengalaman baru secara konstan mempengaruhi sikap, membuat sikap
berubah, intensif, lemah ataupun sebaliknya. Sikap merupakan proses yang
dinamik, sehingga media, dan kehidupan seseorang secara konstan akan selalu
mempengaruhinya. Sikap dapat membantu secara personal karena berkaitan dengan
harga diri yang positif, atau dapat merusak secara personal karena adanya
intensitas perasaan gagal.Sikap berada pada diri setiap orang sepanjang waktu
dan secara konstan sikap itu mempengaurhi perilaku dan belajar.
Biasanya
pengalaman belajar itu merupakan kegiatan yang banyak mengandung resiko karena
hasilnya kadang tak menentu. Seorang pendidik harus dapat meyakini bahwa
sikapnya akan memiliki pengaruh aktif terhadap motivasi belajar anak pada saat
awal pembelajaran. Pada setiap awal pembelajaran, peserta didik umumnya segera
membuat penilaian mengenai pendidik, mata pelajaran, situasi pembelajaran, dan
harapan personalnya untuk sukses.
2.
Kebutuhan
Kebutuhan
merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal
yang memandu peserta didik untuk mencapai tujuan.Perolehan tujuan merupakan
kemampuan melepaskan atau mengakhiri perasaan kebutuhan dan tekanan. Dahaga
(suatu kebutuhan) memandu pada pencarian air ( tujuan ). Apabila air telah
cukup diminum, kebutuhan atau tekanan dahaga tersebut berakhir.Kebutuhan itu
berada di dalam jaringan atau memoti manusia, dan kebutuhan itu bersifat
fisiologis seperti lapar, atau kebutuhan itu merupakan hasil belajar, seperti
kebutuhan untuk berprestasi.
Kebanyakan
kebutuhan bertindak sebagai kekuatan internal yang mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan.Semakin kuat seseorang merasakan kebutuhan, semakin besar
peluangnya untuk mengatasi perasaan yang menenkan di dalam memenuhi kebutuhanya.Tekanan
ini dapat di terjemahkan kedalam suatu keinginan ketika individu menyadari
bahwa adanya perasaan dan berkeinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Peserta
didik yang merasa lapar kemudia membutuhkan makanan ( tujuan umum). Dia ingin
memanggil teman dekatnya( tujuan tertentu). Pendekatan yang paling
terkenal terhadap konsep kebutuhan adlah
yang dikembangkan oleh Maslow. Teori holistic dan dinamik.Kebutuhan fisik
merupakan kebutuhan yang paling rendah sedangkan kebutuhan aktualisasi
merupakan kebutuhan yang paling tinggi.Apabila kebutuhan yang paling rendah
tidak dapat dipenuhi, maka sulit bagi kebutuhan yang lebih tinggi mempengaruhi
perilaku seseorang. Peserta didiki mengalami kesepian ( kebutuhan cinta dan
ingi dimiliki) akan memiliki kesulitan untuk menjadi kompeten ( kebutuhan
penghargaan)
3.
Rangsangan
Rangsangan
merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang
membuat seseorang bersifat aktif.Seseorang melihat sesuatu dan tertarik
padanya; mendengar sesuatu yang baru dan mendengarkan suara secara seksama;
menyentuh sesuatu yang tidak di harapkan dan menarik tangan dari padanya.Semua
itu merupakan pengalaman yang merangsang. Apapun kualitasnya, stimulus yang
unik akan menarik perhatian setia orang dan cenderung mempertahankan
keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus tersebut.
Rangsangan
secara langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Apabila
peserta didik tidak memperhatikan pembelajaran, maka sedikit sekali belajar
akan terjadi pada diri peserta didik tersebut. Proses pembelajaran dan materi
yang terkait dapat membuat sekumpulan kegiatan belajar. Setiap peserta didik
mempunyai keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif
terhadap materi pembelajaran. Namun apabila mereka tidak menemukan proses
pembelajaran yang merangsang, maka perhatianya akan menurun. Pembelajaran yang
tidak merangsang mengakibatkan peserta didik yang pada mulanya termitivasi
untuk belajar pada akhhirnya bosan terlibat dalam pembelajaran.
4.
Afeksi
Konsep
afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian, dan
pemilikan dari individu tau kelompok pada waktu belajar.Tidak ada kegiatan
belajar yang terjadi didalam kevakuman emosional. Peserta didik merasakan
sesuatu sat belajar, dan emosi pesrta didik tersebut dapat memotivasi
perilakunya kepada tujuan. Beberapa pakar psikologi menyatakan bahwa emosi
merupakan penggerak utama perilaku, dan banyak pakar psikologi menerima
gagasan bahwa pikiran dan perasaan
(1980), yang dikenal sebagai pakar psikologi kognitif, menyatakan bahwa
perasaan didalam dan pada diri individu dapat memotivasi perilaku.
Gambaran
tentang afeksi yang mempengaruhi perilaku dapat diilustrasikan dalam suatu
contoh illustrtif berikut.Seorang peserta didk meminjam catatan temanya.Dia
menyatakan bahwa dia tidak masuk kelaskarena mengalami kecelakaan.Temanya
merasa kasihan sehingga meminjamkan catatanya.Didalam contoh itu peserta didik
tersebut memiliki pemahaman kognitif yang menimbulkan perasaan kasihan yang
menyebabkan meminjamkan catatanya.Sebaliknya, apabila peserta didik tersebut
merasa menyesal karena penyimpangan perilaku peserta didik yang menderita itu,
dia mungkin tidak meminjamkan catatanya.
Setiap
lingkungan belajar secara constant dipengaruhi oleh reaksi emosional peserta
didik.Demikian pula karena peserta didik dalam belajar seringkali berkaitan
dengan perasan sukes dan gagal. Pendidik hendaknya memahami bahwa emosi peserta
didik bukan saja mempengaruhi perilaku melainkan juga mempengaruhi cara
berpikirnya.
Afeksi dapat menjadi motivator intrisik. Apabila
emosi bersifat positif maka emosi dapat mendorong peserta didik untuk belajar
dengan keras.
5.
Kompetensi
Manusia
pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetisi dari
lingkunganya.Teori kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah
berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkunganya secara efektif.Peserta
sisik secara intinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan
tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas.Demikian pula setiap orang secara
genetic di program untuk menggali, menerima, berpikir memanipulasi, dan
mengubah lingkungan secara efektif.
Banyak
teori psikologi menempatkan kompetensi sebagai asumsi utama.Teori atribusi,
teori motivasi berprestasi, teori sebab-sebab personal, teori evaluasi
kognitif, dan teori belajar social mendukung gagasan bahwa manusia berusaha
keras untuk memahami dan menguasai.Dalam penelitian psikologi ditemukan bahwa
peserta didik cendrung termotivasi apabila mereka menilai aktivitas belajar
secara efektif.Karena kesadara kompetensi memiliki pengaruh kuat terhadap
perilaku, pesrta didik yang sedang belajar dapat merasakan kemajuan belajarnya
merupakan pesrta didik yang termotivasi dengan baik untuk melanjutkan usaha
belajarnya.
Apabila
pesrta didk mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang dipelajari, di
akan merasa percaya diri. Hal ini dating dari kesadaran peserta didik bahwa dia
secara intensional telaj menguasai apa yang telah di pelajari berdasarkan pada
kemampuan dan usahanya sendiri. Hubungan antara kompetensi dan kepercayaan diri
adalah saling melengkapi.Kompetensi memberikan peluang pada percaya diri untuk
berkembang.
6.
Penguatan
Salah
satu hukum psikologi paling fundamental adalh prinsip penguatan
(reinforcement). Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau
meningkatkan kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah menemukan bahwa
perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan
positif atau negative. Penggunaan peristiwa penguatan yang efektif , seperti
penghargaan terhadap hasil karya peserta didik, pujian, penghargaan social, dan
perhatian dinyatakan sebagai variable penting di dalam perancangan
pembelajaran.
Didalam
teori penguatan, penguatan positif memainkan peranan penting.Penguatan positif menggambarkan konsekuensi atas peristiwa itu
sendiri.Penguatan positif dapat berbentuk nyata, misalnya uang. Peserta didik
dalam belajar akan disertai dengan usaha yang lebih besar dan belajar efektif
apabila perilaku belajarnya diperkuat secara positif oleh pendidik.
Penguat
negative merupakan stimulus aversif
ataupun peristiwa yang harus digantiatau dikurangi intensitasnya. Karena
penguatan negative merpakan pendekatan aversif, maka prosedur ini secara
potensial sangat berbahaya dalam mendorong belajar peserta didik.
D.
Teori - Teori Motivasi
Beberapa
teori yang dibahas berikut adalah teori yang berasal dari belajar behavorial
kebutuhan manusia, disonansi, kepribadian, dan atribusi.
1. Teori
Belajar Behavioral
Konsep
motivasi erat hubungannya dengan satu prinsip bahwa perilaku yang diperkuat
(reinfoced) di masa lalu adalah lebih mungkin diulang lagi dibandingkan dengan
perilaku yang tidak diperkuat atau dihukum. Para pakar behaviorisme menyatakan
bahwa tidak perlu memisahkan teori belajar dengan motivasi, karena motivasi
merupakan produk dari sejarah penguatan.
2. Teori
Kebutuhan Manusia
Sementara
para pakar belajar behavioral berbicara motivasi dengan upaya memperoleh
penguatan dan menghindari hukuman, para pakar lain lebih menyukai konsep
motivasi untuk memenuhi kebutuhan. Abraham Maslow merupakan pakar teori
kebutuhan manusia yang menjelaskan konsep motivasi untuk memenuhi berbagai
kebutuhan. Maslow mengidentifikasi dua jenis kebutuhan, kebutuhan dasar
merupakan kebutuhan akibat kekurangan (deficiencyneeds) dan meta kebutuhan,
kebutuhan untuk pertumbuhan (growthneeds).
a.
Hirarki
kebutuhan dari Maslow
Konsep penting
lain yang diperkenalkan oleh Maslow adalah perbedaan antara kebutuhan
kekurangan (deficiency) dan kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan defisiensi (fisik,
keamanan, kasih sayang, dan penghargaan) merupakan kebutuhan bagi kesejahteraan
fisik dan psikis. Kebutuhan ini harus dipenuhi, dan apabila terpenuhi, maka
motivasi anak untuk melanjutkan pemenuhannya akan menurun.
b.
Aktualisasi diri
Aktualisasi diri
ditandai oleh adanya penerimaan diri dan anak lain, spontanitas, terbuka,
relatif tegas namun demokratis, mudah bergaul dengan anak lain, kreatif,
humoris dan mandiri, mereka sehat secara psikis.
c.
Implikasi dalam
pendidikan
Pentingnya teori
Maslow pada kebutuhan adalah tentang hubungan antara kebutuhan akan skekurangan
dan kebutuhan akan pertumbuhan.
3. Teori
Disonansi
Teori
disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri yang
positif merupakan motivator yang sangat kuat. Kebanyakan perilaku anak
diarahkan pada upaya pemenuhan standar personalnya. Teori psikologi yang
menjelaskan perilaku, dan alasan tentang penampilan perilaku yang digunakan
untuk mempertahankan citra diri yang positif oleh Festinger disebut teori
disonansi kognitif (Slavin, 1994). Teori ini menyatakan bahwa anak akan
mengalami tekanan dan ketidaknyamanan apabila keyakinan dan nilai yang dipegang
berlawanan dengan keyakinan atau perilaku yang secara psikologis tidak konsisten.
4. Teori
Kepribadian
Istilah
motivasi umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan kebutuhan atau
keinginan untuk melakukan sesuatu. Motivasi sering kali dipandang sebagai
karakteristik kepribadian yang relatif stabil. Banyak anak yang memotivasi
untuk berprestasi, dan banyak pula yang termotivasi untuk bersosialisasi dengan
anak lain.Contohnya; anak termotivasi untuk makan karena telah cukup lama tidak
makan (motivasi situasional), tetapi anak yang lebih tertarik pada makanan
daripada yang lainnya (motivasi sebagai karakteristik kepribadian). Motivasi
sebagai karakteristik kepribadian merupakan produk dari sejarah anak.
Apabila
anak gagal mengembangkan cinta belajar sebagai karakteristik kepribadiannya,
cinta belajar itu masih dapat ditanamkan pada anak dan kemudian menjadi bagian
dari kepribadiannya. Motivasi yang stabil itu tidak dapat berubah, motivasi itu
cenderung bersifat konstan diberbagai situasi dan dalam waktu cepat sukar untuk
berubah.
5. Teori
Atribusi
Menurut
Weiner, ada 3 karakteristik dalam menjelaskan kegagalan atau keberhasilan anak,
yaitu
a.
Penyebab
keberhasilan dan kegagalan anak itu dipandang dari dalam atau dari luar diri
anak.
b.
Keberhasilan
atau kegagalan itu dipandang sebagai suatu yang bersifat stabil atau tidak stabil.
c.
Keberhasilan
atau kegagalan itu dipandang sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan atau tidak
dapat dikendalikan.
Sebagaimana
dalam teori disonansi kognitif, asumsi utama teori atribusi adalah bahwa
seseorang akan berupaya mempertahankan citra diri yang positif. Oleh karena
itu, apabila terjadi sesuatu yang baik, anak itu mengatribusikannya pada usaha
atau kemampuannya sendiri, namun bila terjadi sesuatu yang buruk, anak itu akan
berkeyakinan bahwa penyebabnya adalah karena dia mengendalikannya.
1)
Atribusi untuk
sukses dan gagal
Teori atribusi
menjelaskan 4 hal tentang keberhasilan dan kegagalan dalam situasi berprestasi,
yaitu kemampuan, usaha, kesulitan tugas, dan keberuntungan. Apabila siswa
memperoleh keberhasilan, mereka mempunyai keyakinan bahwa keberhasilan itu
disebabkan oleh faktor kepandaian, bukan karena keberuntungan, atau karena
tugas itu mudah untuk dikerjakan atau bahkan mereka mencoba bekerja dengan
sungguh-sungguh. Sebaliknya siswa yang mengalami kegagalan, mereka mempunyai
keyakinan bahwa kegagalan itu disebabkan oleh faktor ketidakberuntungan yang
memberikan peluang keberhasilan diwaktu mendatang. Atribusi itu tidak mudah
untuk dipertahankan, dengan kata lain atribusi tidak stabil akan berubah
menjadi atribusi stabil.
2)
Lokasi pengendalian
Konsep utama
teori atribusi atau lokasi kontrol. Anak yang memiliki lokasi pengendalian
internal akan percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan adalah karena upaya
atau kemampuan yang dimiliki. Siswa yang percaya bahwa keberhasilan yang
diperoleh di sekolah itu disebabkan oleh faktor keberuntungan atau faktor
eksternal lainnya, mereka tidak mungkin akan bekerja keras. Sebaliknya siswa
yang percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan itu disebabkan karena faktor
usaha sendiri, mereka akan bekerja keras.
Lokasi
pengendalian dapat berubah, dan perubahan itu dapat terjadi karena adanya
kegiatan atau situasi tertentu. Oleh karena itu akan mengalami kesulitan dalam
mengkaji efek lokasi pengendalian terhadap prestasi siswa karena prestasi itu
juga memiliki efek yang kuat terhadap lokasi pengendalian.
3)
Implikasi dalam
pendidikan
Siswa yang
memiliki keyakinan bahwa dia akan mengalami kegagalan cenderung memiliki
motivasi yang rendah dalam mengerjakan tugas belajar, dan karena itu dia akan
mengalami kegagalan. Untuk mengatasi kurangnya motivasi siswa seperti itu, ada
beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu :
a. Mengomunikasikan
sistem penilaian yang akan diterapkan kepada siswa.
b. Guru
menyampaikan harapan bahwa keberhasilan akan dicapai oleh siswa adalah
tergantung pada usahanya sendiri.
c. Penerapan
pembelajaran individualisasi agar siswa dapat menilai kemajuannya sendiri.
6. Teori
Harapan
Teori
harapan dikembangkan oleh Edwards, kemudian dilanjutkan oleh Atkinson. Rumus
motivasi yang dikembangkan adalah sebagai berikut :
M
= P x I ; dimana M = motivasi
P
= Probabilitas yang diyakini untuk berhasil
I
= nilai intensif yang diperoleh atas keberhasilan yang akan dicapai
Motivasi
anak untuk memperoleh sesuatu adalah tergantung pada produk dari estimasinya
terhadap peluang mencapai keberhasilan dan nilai yang di tempatkan atas
keberhasilan yang dicapai. Aspek penting dalam teori harapan itu adalah bahwa
dalam situasi dan kondisi tertentu, probabilitas keberhasilan yang sangat
tinggi akan dapat menjadi penggangu motivasi. Teori harapan ini memiliki
implikasi penting bagi guru, yaitu tugas-tugas yang diberikan kepada siswa
hendaknya tidak terlalu mudah ataupun terlalu sukar. Teori harapan lebih
mementingkan pada kriteria keberhasilan sebagaimana dalam bidang penilaian.
Oleh karena itu, pencapaian nilai pada suatu mata pelajaran hendaknya hanya
dapat dicapai oleh siswa yang benar-benar menunjukkan usaha keras.
7. Teori
Motivasi Berprestasi
Salah
satu teori motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprestasi,
yakni kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan melakukan
kegiatan yang mengarah pada kesuksesan atau kegagalan. Siswa yang bermotivasi
berprestasi kecenderungan lebih memilih memiliki partner belajar yang cakap
dalam mengerjakan tugas, memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil ketika
gagal.
Motivasi
berprestasi merupakan keinginan untuk memperoleh keberhasilan dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan. Nicholls (1984) mengkaji motivasi
berprestasi siswa yang berorientasi pada tujuan belajar (learninggoals atau
masterygoals) dan tujuan kinerja (performancegoals). Siswa yang terdorong ke
arah tujuan belajar akan mengambil pelajaran yang sukar dan berupaya mencari
tantangan, begitu juga sebaliknya untuk siswa yang malas.MeClelland menyatakan
bahwa siswa yang memiliki intelegensi sama namun memiliki orientasi belajar
yang berbeda. Dweck (1986) menyatakan bahwa ketika siswa yang memiliki
orientasi belajar yang berbeda itu menghadapi kesulitan, pada tujuan kinerja
cenderung merasa cemas dan penampilannya tampak serius, begitu pula sebaliknya.
Atkinson (1964) menyatakan bahwa individu dapat dimotivasi untuk berprestasi
dengan cara memperoleh keberhasilan atau menghindari kegagalan. Karakteristik
utama penghindar kegagalan adalah adanya kecenderungan untuk memilih tugas yang
mudah atau sebaliknya paling sukar dikerjakan, sementara itu pencari
keberhasilan cenderung memilih tugas yang memiliki tingkat kesulitan sedang.
a.
Ketidakberdayaan
dalam belajar (learnedhelplesness).
Merupakan bentuk
ekstrim dari motif untuk menghindari kegagalan. Prinsip yang perlu diperhatikan
untuk membantu ketidakberdayaan dalam belajar siswa adalah sebagai berikut :
1) Penekanan
terhadap tindakan positif.
Siswa mempunyai
kelebihan dan gunakan kelebihan itu untuk menciptakan prestasi. Misalnya, ada
siswa yang lebih senang berbicara daripada menulis.
2) Pengurangan
tindakan negatif.
3) Berangkat
dari pengenalan sesuatu yang baru, menggunakan kerangka cantolan
(advanceorgainezer) atau diskoveri terbimbing (guideddicovery).
Siswa cenderung
mengaitkan pelajarannya dengan pengalamannya sehari-hari.
4) Ciptakan
tantangan dalam belajar.
Siswa diberikan
tugas untuk mengidentifiasikan masalah yang tersaji dalam kasus, kemudian
mereka diminta untuk memecahkannya sendiri.
b.
Implikasi dalam
pendidikan.
Pertama, guru
hendaknya meyakinkan kepada siswa bahwa belajar merupakan tujuan akademik.
Kedua, guru hendaknya menghindari penggunaan sistem intentif atau penilaian
yang bersifat kompetitif.
E.
STRATEGI MOTIVASI BELAJAR
Slavin
(1994) mengungkapkan bahwa pembelajaran hendaknya mampu meningkatkan motivasi
instrinsik peseta didik sebaik mungkin. Hal ini berarti bahwa pendidik harus
mampu menarik minat dan meningkatkan hasrat ingin tahu peserta didik terhadap
materi yang disajikan.
Beberapa cara untuk untuk
meningkatkan motivasi instrinsik peserta didik :
1.
Membangkitkan minat belajar
Yaitu
membangkitkan hasrat ingin tahu peserta didik mengenai pelajaran yang akan
dating, dank arena itu pembelajaran akan mampu menignkat motivasi instrinsik peserta didik untuk mempelajari
materi pembelajaran yang diasjikan oleh pendidik.
2.
Mendorong rasa ingin tahu
Yaitu dengan metode pembelajarn studi kasus,
diskoveri, inkuiri, diskusi, curah pendapat, dan sejenisnya merupakan beberapa
metode yang dapat didigunakan untuk membangkitkan hasrat ingin tahu peserta
didik.
3.
Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
Yaitu misalnya,
untuk membangkitkan minat belajar peserta didik dapat dengan cara pemutaran
film, mengundang pembicara tamu, demonstasi, computer, simulasi, permainan
peran, dan lainnya.
4.
Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan belajar
Yaitu pendidik
hendaknya mendorong dan membantu peserta didik agar merumuskan dan mencapai
tujuan belajarnya sendiri agar peserta didik termotivasi untuk mencapai tujuan
pembelajaranya sendiri. Cara lain adalah dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang telah dibuat oleh pendidik kepada peserta didik agar peserta
didik juga ikut merasa memiliki sehingga akan melahirkan dorongan untuk
memperolehnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Rifai, Achmad, Tri Ani Catharina.
2012. Psikologi Pendidikan. Semarang.
Pusat Pengembang MKU/MKDK
Universitas Negeri Semarang
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung :)
Delete